Thursday, March 13, 2014

NEW INFORMATION ECONOMICS DI INDONESIA



UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Jurusan Sistem Informasi
Paper Kelompok Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Semester Genap tahun 2014

NEW INFORMATION ECONOMICS DI INDONESIA


GORBY W SITUMORANG                                    1501187110
BAMBANG TRI HERMANTO                              1501182961
ANDREAS                                                                 1501166434
TIYARA EKA SEPTIANTI                                     1501165375
ALBERTUS HANDOKO AGUNG WIDODO      1501151205

06PAM / 04


Abstrak

Dalam menghadapi perkembangan ekonomi di era global ini, perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitasnya dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin tajam.Penerapan Teknologi Informasi (TI) dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat memeberikan kontribusi signifikan untuk tercapainya efisiensi dan efektifitas tersebut. Selain itu perubahan paradigma ekonomi yang semula berbasis pada sumber daya (Resource base economy) menjadi ekonomi yang berbasis pengetahuan (Knowledge Base Economy) membuat kemampuan IPTEK menjadi faktor primer kekuatan daya saing suatu perusahaan menggantikan modal, lahan dan energi. Sehingga suatu perusahaan harus mampu mengambil keputusan investasi TI secara tepat, agar besarnya investasi yang dikeluarkan perusahaan dapat selaras dengan tingkat kepentingan dan manfaat yang diperoleh dari penerapan TI tersebut.
Dengan mengikuti seminar yang berhubungan dengan topik New Information Economics ini kita dapat mengetahui apa itu New Information Economics dari pakar pakarnya dan melakukan studi kepustakaan dengan mencari dari jurnal yang ada di internet dan dapat dijadikan sumber dan panduan dalam penulisan paper ini.
Diharapkan dengan penulisan ini pembaca dapat mengerti dan memahami metode New Information Economics .
Maka dalam pembahasan karya tulis kali ini kita akan membahas tentang metode New Information Economics. Disini akan dijabarkan mengenai cara menerapkan metode New Information Economics .

Kata Kunci
New Information Economics (NIE), System informasi, Teknologi Informasi




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, kebutuhan teknologi dalam dunia bisnis menjadi sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu perusahaan. Banyak perusahaan yang kini menyadari bahwa salah satu kunci untuk meraih sukses dalam kompetisi dunia bisnis sangat bergantung pada kemampuan dalam memperoleh informasi yang berguna secara cepat dan tepat.

Di samping itu, perusahaan juga membutuhkan teknologi informasi yang dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan secara tepat dalam menentukan strategi dan kebijakan perusahaan baik dari segi waktu maupun kualitas keputusan yang akan dihasilkan sehingga perusahaan memiliki nilai lebih untuk memenangkan persaingan bisnis
.
.           Dalam penerapan Teknologi Informasi, membutuhkan biaya yang tidak sedikit, hal tersebut terkait dengan dukungan hardware, software dan developer, agar proses berjalannya sistem informasi bisa dipantau dan dirawat dengan baik. Perusahaan harusnya melakukan perencanaan SI/TI sesuai dengan tujuan perusahaan, budget perusahaan, dan menyesuaikan juga dengan proses bisnis perusahaan.Maka dari itu, suatu investasi teknologi informasi perlu dikaji lebih jauh lagi apakah sudah layak atau belum untuk dikembangkan dan diimplementasikan dalam suatu perusahaan.


Perusahaan sudah harus mengimplementasikan dan menerapkan SI/TI yang sesuai dengan kemajuan sistem dan teknologi, karena dengan penerapan teknologi yang baru, bisa lebih baik dan mendukung sistemasi kinerja perusahaan. Dukungan TI dapat membantu perusahaan menjalankan proses bisnisnnya sehingga meningkatkan kefisiensian waktu, tenaga, dan resource, sehingga TI telah menjadi peranan penting didalam perusahaan.  Perusahaan juga perlu membuat kebijakan TI yang diterapkan diperusahaan, sehingga biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk menerapkan TI sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Dengan itu perlunya penilaian dan pengukuran biaya investasi SI/TI ini untuk bisa mengetahui manfaat yang diberikan SI/TI sesuai dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan investasi. Untuk itu diperlukan pengukuran biaya dengan menggunakan metode New Information Economics (NIE), untuk bisa menyelaraskan dan menyesuaikan biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk SI/TI dengan tujuan perusahaan.



Metode New Information Economics (NIE) merupakan cara untuk mengevaluasi investasi TI didalam perusahaan dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Menurut Roberts, Roger & Sikes, Johnson (2011), dari penelitian yang diadakan pada tahun 2011, dari jumlah 927 responden, pihak Eksekutif mengharapkan perusahaan untuk meningkatkan investasi baru mereka untuk TI , dengan hampir seperempat responden mengharapkan untuk peningkatan investasi lebih dari 10 persen untuk tahun selanjutnya. Dan lebih dari 60 persen mengharapkan untuk meningkatkan atau mempertahankan biaya operasional TI mereka, hal ini menandakan perubahan dari tahun 2010 ketika 60 persen responden memperkirakan pengurangan atau stabilisasi anggaran operasional  TI. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan perusahaan untuk berkembang, dibutuhkan pengadaan proyek. Dengan menggunakan metode NIE, dapat memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai hubungan biaya proyek yang akan dikeluarkan dan kebutuhan perusahaan dalam mencapai arahan strategi perusahaan sehingga perusahaan dapat mengalokasikan dananya untuk pengadaan proyek yang tepat dan memberikan manfaat yang diharapkan. Selain itu, manfaat dari metode ini adalah untuk memberikan gambaran perusahaan berkaitan penerapannya dalam bidang SI/TI yang sedang berjalan.


1.2       Ruang Lingkup

Penetapan ruang lingkup Green computing pada penelitian ini adalah mengenai:
1.      Sejarah Munculnya Metode NIE
2.      Alasan perusahaan harus mengunakan metode NIE
3.      Manfaat dari NIE
4.      Contoh penerapan metode New Information Economics pada perusahaan

1.3       Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka dapat diketahui tujuan dan manfaat pembuatan paper ini, yaitu;
Tujuan dari paper ini ialah :
1.      Memberi pengetahuan tentang metode New Information Economics.
2.      Memberikan contoh tentang metode New Information Economics pada sebuah perusahaan

Manfaat dari paper ini ialah :
1.      Dapat memahami metode New Information Economics.
2.      Dapat menerapkan metode New Information Economics.

1.4       Metodologi Penulisan
            Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1.      Seminar Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Mendengarkan seminar topik-topik lanjutan sistem informasi yang berkaitan dengan topik yang dibahas pada makalah ini.
2.      Metode Studi Kepustakaan
Melakukan pengumpulan informasi melalui buku-buku referensi dan internet yang dapat dijadikan sumber dan panduan dalam penulisan makalah ini.

1.5       Sistematika Penulisan

·         BAB 1: PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan apa saja latar belakang penulisan paper ini, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, dan metologi penulisan dari paper ini.

·         BAB 2: LANDASAN TEORI

Pada bab ini dijelaskan teori-teori yang mendukung penulisan paper ini.

·         BAB 3: PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang New Information Economics.

·         BAB 4: PENUTUP
                  Pada bab ini kami akan memberikan simpulan dan saran atas penulisan paper ini.




BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1          Teori – Teori Dasar / Umum
Sub bab ini berisi teori teori dasar atau umum dari berbagai sumber yang menjadi landasan dalam pembuatan paper mengenai New Information Economics.
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut McLeod dan Schell. (2007, p10), sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan, dimana elemen – elemen tersebut terdiri dari sumber daya input, proses transformasi dan sumber daya output.
Menurut Bennet et al. (2006, p5-6), sistem memiliki karakteristik.
Berikut merupakan karakteristik sistem:
1.      Suatu sistem berada di dalam suatu lingkup lingkungan.
2.      Sistem memiliki input dan output, mereka menerima input dari lingkungannya, dan memberikan output bagi lingkungannnya.
3.      Sistem memiliki interface. Sebuah interface memungkinkan komunikasi antar dua sistem.
4.      Sebuah sistem memiliki banyak subsistem. Sebuah subsistem merupakan sebuah sistem, dan mungkin mempunyai subsistem – subsistem lainnya.
Menurut O’Brien (2005, p29), sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama dengan menerima input (masukkan) dan menghasilkan output (keluaran) dalam proses transformasi yang terorganisir.
Menurut Whitten et al. (2004, p10), sistem adalah pengaturan orang, data, dan proses teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-4 (2008), sistem memiliki 3 arti, yaitu:
1.      Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.
2.      Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.
3.      Metode.
Berdasarkan teori – teori tersebut, pengertian sistem dapat disimpulkan, yaitu sekumpulan dari berbagai elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.


               2.1.2 Komponen Sistem
Menurut O’Brien (2005, p30), sistem memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi :
a)      Input : penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memiliki sistem untuk diproses.
b)      Pemrosesan : proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
c)      Output : perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan akhirnya.
Menurut Turban et al (2005, p56), sistem dibagi menjadi tiga bagian berbeda yakni input, proses, dan output. Ketiga bagian tersebut dikelilingi oleh sebuah lingkungan, adanya pengambilan keputusan, adanya batasan sistem.
a)      Input diartikan sebagai elemen yang masuk ke dalam sistem.
b)      Proses adalah sebuah elemen yang diperlukan untuk mengubah input ke dalam output.
c)      Output mengandung pengertian produk akhir dari sistem.
d)     Umpan balik adalah adanya aliran informasi dari komponen output ke pengambilan keputusan berkenaan dengan output atau performa sistem.
e)      Lingkungan sistem terdiri dari beberapa elemen yang ada di luar, dalam hal elemen tersebut tidak ada input, output, ataupun proses.
f)       Batasan merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan lingkungannya. Sistem berada didalam batasan, sedangkan lingkungan berada diluar.

2.1.3 Pengertian Informasi
Menurut Mcleod dan Scheel (2007, p11), informasi adalah data – data yang telah diproses dan telah memiliki arti atau makna bagi orang yang menggunakannya.
Menurut Stair dan Reynolds (2006, p5), informasi adalah sekumpulan dari fakta yang diorganisasikan dalam berbagai cara yang telah memiliki nilai tambah melebihi nilai dari fakta itu sendiri.
Menurut O’Brien (2005, p38), informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakai akhir.
Menurut Whitten et al. (2004, p23), informasi merupakan data yang telah diproses atau diorganisasi ulang menjadi bentuk yang berarti. Informasi dibentuk dari kombinasi data yang diharapkan memiliki arti ke  penerima.
Menurut Turban et al. (2003, p15), informasi adalah sekumpulan fakta (data) yang diatur dalam beberapa aturan sehingga mempunyai arti bagi penggunanya. Dengan kata lain informasi yang ada itu berasal dari data yang telah diproses
Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti sehingga berguna bagi penerima.

2.1.4    Pengertian Sistem Informasi
         Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi adalah kombinasi teratur apa pun dari orang – orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
         Menurut Laudon dan Laudon (2004, p8), sistem informasi adalah suatu proses yang didefinisikan secara teknis yaitu sekumpulan dari komponen yang saling berhubungan yang dikumpulkan, diproses, disimpan, dan didistribusikan informasinya untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengontrolan dalam sebuah organisasi.
         Menurut Whitten et al. (2004, p10), sistem informasi adalah pengaturan orang, data, proses, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan output informasi yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi.
         Menurut Turban et al. (2003, p15), sistem informasi adalah proses pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, proses analisis, dan penyebaran informasi untuk suatu tujuan khusus.
         Menurut McLeod dan Scheel (2007, p10), sistem informasi adalah sistem virtual yang memungkinkan manjemen mengendalikan operasi sistem fisik perusahaan.
         Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah suatu kesatuan dari komponen – komponen seperti data, orang, serta proses yang mencakup kegiatan mengumpulkan, mengolah data menjadi informasi yang berguna.
  # Jenis – Jenis Sistem Informasi
Menurut Turban et al. (2003, p42-47), tipe dari sistem informasi dibagi menjadi tiga, yaitu :
·         Transaction Processing Systems
         Sistem informasi yang mendukung tugas – tugas seperti pemonitoran, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, dan penyebaran dari transaksi bisnis dasar organisasi.
·         Management Information Systems
         Sistem informasi yang mengakses, mengorganisir, meringkas, dan menampilkan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan rutin dalam area fungsional.
·         Support Systems
         Sistem informasi yang mendukung end user diorganisasi dalam melakukan tugas – tugasnya.
Menurut O’Brien (2005, p24-25), tipe dari sistem informasi dibagi menjadi dua, yaitu :
·         Operation Support Systems
           Menghasilkan sejumlah produk informasi dalam penggunaan internal dan eksternal. Perannya adalah untuk membantu proses transaksi bisnis berjalan secara efisien, mengontrol proses industri, mendukung komunikasi dan kinerja perusahaan, dan meng-update database perusahaan.
·         Management Support Systems
Aplikasi sistem informasi yang terfokus pada menyediakan informasi dan dukungan untuk membuat keputusan yang efektif bagi pihak manajer.

2.1.5 Pengertian Teknologi Informasi
Menurut Mcleod dan Scheel (2007, p1), teknologi informasi adalah sumber daya fisik dan sumber daya manusia yang digunakan manajer untuk mengelola perusahaan.
Menurut Stair dan Reynolds (2006, p17), teknologi informasi adalah sekumpulan komponen teknologi yang terdiri dari hardware, software, database, telekomunikasi, sumber daya manusia, dan prosedur.        
Menurut Laudon dan Laudon (2005, p18), teknologi informasi merupakan satu dari sekian banyak alat bantu yang digunakan para manajer untuk menjembatani perubahan.
Menurut O’Brien (2005, p704), teknologi informasi adalah hardware, software, telekomunikasi, manajemen  database, dan teknologi pemrosesan informasi lainnya yang digunakan dalam sistem informasi berbasis komputer.
Menurut Whitten et al. (2004, p10), teknologi informasi merupakan istilah yang menggambarkan kombinasi teknologi komputer (perangkat keras maupun lunak) dengan teknologi komunikasi (jaringan data, gambar, dan suara).
Berdasarkan pendapat – pendapat para ahli diatas, teknologi informasi adalah kumpulan dari komponen teknologi (hardware, software, telekomunikasi, manajemen database, dan teknologi pemrosesan) yang digunakan dalam sistem berbasis komputer untuk membantu manajer mengatasi perubahan.
# Infrastruktur Teknologi Informasi
Menurut Laudon dan Laudon (2004, p11), infrastruktur dari teknologi informasi terdiri dari :
1.        Perangkat Keras (Hardware)
       Peralatan fisik yang digunakan untuk meng-input, memproses, dan menghasilkan aktivitas dalam sebuah sistem informasi.
2.        Perangkat Lunak (Software)
       Instruksi detail dan terprogram yang mengontrol dan mengkoordinasikan kinerja dari komponen hardware dari suatu komputer dalam sebuah sistem informasi.
3.        Teknologi Penyimpanan (Storage Technology)
      Media fisik dan software yang memerintahkan penyimpanan dan pengorganisasian data untuk digunakan dalam sebuah sistem informasi.
4.        Teknologi Komunikasi (Communication Technology)
       Peralatan fisik dan software yang menghubungkan berbagai komponen hardware komputer untuk mentransfer data dari satu lokasi fisik ke lokasi yang lain. Peralatan komputer dan komunikasi dapat dikoneksikan dalam suatu jaringan untuk membagikan suara, data, gambar, ataupun video. Jaringan (network) menghubungkan dua atau lebih komputer untuk berbagi data atau sumber  daya.

2.2            Teori – Teori Khusus
Pada sub bab ini berisi tentang teori teori yang mendukung dalam penulisan paper berjudul New Information Economics (NIE).         

               2.2.1 Pengertian New Information Economics (NIE)
               Menurut Benson et al. (2004, p99), New Information Economics (NIE) merupakan  sekumpulan praktek prinsip dan aktivitas yang terkoordinasi secara efektif menghubungkan kegiatan bisnis dengan proses manajemen teknologi informasi dan mampu menghubungkan strategi bisnis perusahaan dengan aktivitas dan inisiatif teknologi informasi.
Gambar 2.1 Sasaran Perusahaan Dalam Mencapai IT Improvement Zone
 
Menurut Benson et al. (2004, p2), perusahaan dapat mewujudkan sasarannya unutk mencapai IT Improvement Zone dengan melihat dampak yang dihasilkan dari proyek yang baru dan melakukan pengontrolan serta pengurangan biaya terhadap biaya investasi TI yang sedang berjalan (lights-on).
Ide terpenting dari New Information Economics adalah perusahaan seharusnya hanya menginvestasikan uang pada teknologi informasi yang mendukung strategi bisnis perusahaan dan efektivitas kegiatan operasional perusahaan, dan tidak menghabiskan uang pada investasi TI yang tidak bermanfaat bagi strategi bisnis perusahaan.
Jadi, tim manajemen perusahaan seharusnya dapat mengontrol anggaran dan investasi TI, sehingga dampaknya dari proses bisnis lapisan terbawah akan terasa. Kombinasi ini akan menyebabkan perusahaan mampu bergerak pindah dari struktur biaya sekarang dan posisi bottom-line menuju biaya terkendali serta meningkatkan dampaknya pada keuntungan (bottom-line) dengan secara konsisten memilih investasi TI terbaik yang mendukung strategi bisnis perusahaan dan menyisihkan investasi TI yang kurang berguna dan bermanfaat bagi perusahaan.
·        
·            Right Results / Hasil Yang Tepat
        Right result yang ingin dicapai adalah mengatur biaya pengeluaran TI dan pada saat yang sama meningkatkan dampak pada bottom-line perusahaan.
·            Right Decisions / Keputusan Yang Tepat
                                   Right Decisions akan menghasilkan keputusan manajemen yang tepat    yang    dibutuhkan untuk menghasilkan right results.



Gambar 2.2 Kemungkinan Hasil Yang Diperoleh Perusahaan

Menurut Benson et al (2004, p4), untuk mencapai dampak bottom-line bagi perusahaan, ada 4 tujuan kemungkinan yang dihasilkan oleh perusahaan, tergantung dari perusahaan, yaitu :
1.      Tujuan Pengurangan Biaya (A Reduced Cost Objective)
Dengan mengaplikasikan kerangka kerja dan praktek manajemen, perusahaan dapat mengurangi biaya TI dan mempertahankan kontribusi yang dibuat TI  terhadap bottom-line. Kinerja TI tetap seperti sebelumnya, namun biaya berkurang.
2.      Tujuan Biaya Stabil (A Stable Cost Objective)
Manajemen perusahaan dapat terus meningkatkan kegunaan TI dan tetap dengan pertumbuhan bisnis, dan dapat mengontrol seluruh biaya yang digunakan pada TI. Teknologi Informasi dapat meningkatkan dukungannya pada bisnis dan akan berdampak pada bottom-line, namun dengan tingkat biaya yang sekarang.
3.      Tujuan ”Sweet Spot” (A Sweet Spot Objective)
Mengkombinasikan pengurangan biaya dengan dampak pada bottom-line yang lebih baik. Teknologi Informasi dapat mengurangi biaya dan juga meningkatkan kinerjanya dengan dampak pada bottom-line.
4.      Tujuan Higher Growth
Diterapkan untuk perusahaan yang mengalami perubahan atau pertumbuhan yang cepat. Dalam kasus ini, biaya TI yang tinggi meskipun sudah dikontrol tetap harus diperhatikan, karena akan berpengaruh besar pada bottom-line. Akan lebih baik apabila biaya TI yang tinggi dapat dikurangi dan pada saat yang sama juga meningkatkan dampak bottom-line bagi perusahan.

2.2.2                  Praktek New Information Economics (NIE)
Gambar 2.3 Lima Praktek New Information Economics

Menurut Benson et al (2004, p9-10), lima praktek New Information Economics menghasilkan kumpulan alat untuk digunakan oleh manajer TI dan bisnis, untuk menterjemahkan strategi bisnis perusahaan ke dalam program dan inisiatif lainnya yang dapat diimplementasikan TI.
Tujuan dari praktek lima praktek New Information Economics tersebut adalah untuk menterjemahkan strategi dan sasaran bisnis perusahaan ke dalam IT action yang tepat utnuk mencapai dampak bottom-line bagi perusahaan. Hal ini dapat dicapai degnan perencanaan yang efektif, penentuan sumber daya yang tepat, dan dengan perencanaan anggaran yang sesuai. Berikut merupakan lima praktek New Information Economics :
1.         Praktek Demand / Supply Planning
Menurut Benson et al. (2004, p9), praktek ini menterjemahkan strategi bisnis perusahaan ke dalam suatu tahapan yang memberikan arahan yang jelas bagi TI tentang apa yang ingin dicapai oleh perusahaan. Manajer bisnis dan TI mencapai kesepakatan ke arah mana perusahaan ingin dikembangkan dan apa yang dapat TI lakukan untuk mendukung hal tersebut.
Mereka melakukan hal ini dengan mendirikan suatu alat bantu bisnis yang dapat dilihat melalui arahan strategis manajemen, dan menterjemahkannya ke dalam strategi IT requirement yang dibutuhkan untuk memenuhi arahan strategi tersebut. Arahan strategi manajemen menjadi penggerak untuk TI, yang menghasilkan strategi IT requirement yang membangun permintaan strategi bisnis untuk TI, yaitu apa yang pihak bisnis mau dari TI, dimana IT strategic planning harus memberikan solusi teknologi sebagai persediaan strategis (supply strategic). Hasilnya adalah sebuah agenda strategi penggunaan TI dalam bisnis yang dapat diterjemahkan ke dalam perencanaan dan tindakan TI.
o  Elemen dalam Strategic Demand and Supply Planning
Menurut Benson et al. (2004, p173), proses perencanaan yang ideal adalah dengan menguraikan 2 elemen berikut ini :
·      Inputs
1.         Arahan strategi bisnis (Business Strategic Intention).
2.         Portfolio dan manajemen strategi.
3.         Performa manajemen dan pengukuran.
·      Outputs
1.         Agenda strategi TI (Strategic IT Agenda).
Strategic IT agenda menyatakan apa yang diharapkan oleh bisnis. Dan menyatakan secara benar bagaimana TI berkontribusi pada pengurangan biaya logistik.
2.         Strategi perencanaan TI (Strategic IT Plan).
Digunakan sebagai kerangka kerja strategis untuk anggaran lights-on TI dan teknologi yang berkaitan dengan proyek yang dibutuhkan untuk mendukung proyek bisnis. Isinya adalah strategic intention perusahaan untuk mengantarkan TI dalam memenuhi kebutuhan bisnis.
3.         Kebutuhan strategi TI (Strategic IT Requirements).
                                               Program dan proyek yang dibutuhkan untuk memenuhi agenda strategi bisnis.



Gambar 2.4 Perencanaan Strategy Demand / Supply  

dan Inovasi Dalam Value Chain (Benson, 2004 , p 130)



2.         Praktek Innovation
Menurut Benson et al. (2004, p10, p190), praktek innovation merupakan perubahan terhadap strategi bisnis melalui kemampuan TI. TI akan merespon terhadap kebutuhan bisnis dan tak jarang arah perubahan bisnis tersebut bergantung pada apa yang mungkin dapat dibuat oleh TI. Praktek ini secara eksplisit menggerakkan manajemen bisnis untuk membuka kesempatan bisnis yang dimungkinkan oleh TI serta menyediakan cara mengubah kesempatan tersebut menjadi strategi bisnis dan perencanaan taktik. Adapun hasilnya yaitu kumpulan kesempatan bisnis yang kompetitif dan lebih kuat.
o   Empat Komponen Praktek Innovation
Menurut Benson et al. (2004, p190), praktek innovation memiliki empat komponen, antara lain :
1.    Business and Technology Monitoring
Merupakan tinjauan bagi TI dan manajemen bisnis utuk perubahan faktor dari bisnis dan teknologi yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan itu sendiri. Proses ini menghasilkan laporan mengenai status teknologi dan bisnis serta penelitian dari pihak eksternal, arsitektur dan perencanaan TI, serta informasi bisnis yang memberikan pengaruh terhadap bisnis dan TI.
Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan “Inisiatif seperti apakah yang akan menghasilkan dampak bagi perusahaan baik secara teknologi maupun bisnis?”
2.    Innovation Visioning
Yaitu mengembangkan visi atau arahan alternatif yang luas bagi perusahaan, menanggapi perubahan bisnis dan teknis serta membangun sekumpulan konsensus dari visi atau arahan alternatif. Proses ini berhubungan dengan manajer bisnis dan teknologi sehingga menimbulkan sebuah pertanyaan “Inovasi apa yang dapat kita lakukan dengan menggunakan TI?”
3.    Business Context and Choices
Memberikan pilihan mengenai visi atau arahan bagi suatu perusahaan yang akan menentukan bagaimana suatu bisnis dapat berjalan. Proses ini menyatukan manajer bisnis dan teknologi dalam sebuah pertimbangan penuh dari skenario bisnis; “Apa yang seharusnya dilakukan?”, dan juga mengembangkan tujuan utama bisnis secara konsisten.
Konteks dan pilihan bisnis pada prakteknya dapat berupa workshop antara manajer bisnis dengan TI dalam sebuah diskusi mengenai dampak dari bisnis dan kesempatan TI dalam menciptakan perubahan dan inovasi.
4.    Actionable Innovation
Pengembangan dari beberapa skenario dan rencana pengembangan untuk inovasi. Kegiatan ini melibatkan manajer bisnis dan teknologi dalam merencanakan skenarip bisnis dan teknologi secara terfokus berdasarkan kondisi bisnis dan teknologi baru yang akan dikembangkan. Kegiatan ini mengembangkan perencanaan – perencanaan yang telah dibuat sebelumnya menjadi suatu tindakan yang nyata dan memerlukan komitmen yang kuat baik dari pihak bisnis dan teknologi.
Actionable innovation pada prakteknya dapat berupa sebuah workshop yang menggabungkan bisnis dan manajemen teknologi informasi dalam menentukan langkah selanjutnya dalam pengimplementasian inovasi. Contoh agenda yang dibahas dalam workshop ini meliputi :
·      Presentasi dari beberapa skenario yang potensial.
·      Diskusi mengenai implikasi dari inovasi.
·      Diskusi antara manajemen bisnis dan TI mengenai hal – hal yang akan dilakukan selanjutnya.
 

3.         Praktek Prioritization
Menurut Benson et al. (2004, p10), praktek prioritization adalah menganalisa dampak bisnis dari inisiatif TI, memberi prioritas pada proyek, dan menyetujui sumber daya kepada proyek yang memberikan kontribusi paling tinggi serta memberikan manfaat bagi perusahaan.
       Perusahaan seharusnya mengalokasikan biaya hanya pada proyek yang secara langsung berhubungan dengan harapan strateginya. Praktek ini mengatakan pada manajer, proyek TI mana yang secara kuat mendukung harapan strategi perusahaan dan mengurutkan proyek – proyek tersebut berdasarkan dampak bisnis yang dihasilkan di masa depan. Sebagai hasil, investasi dihabiskan pada proyek yang tepat, dengan alasan yang relevan serta secara bersamaan manajer bisnis dan TI menyetujui keputusan tersebut.


Gambar 2.5 Value Chain Pada Praktek Prioritisasi
(Benson et al., 2004, p 130)
o    Lima Tahap Proses Prioritization
Menurut Benson et al. (2004, p143), prioritisasi memungkinkan manajer bisnis dari sebuah perusahaan dalam menilai dampak bottom–line dari inisiatif TI yang diajukan dengan menggunakan ukuran yang sama untuk setiap proyek. Hasilnya adalah proyek – proyek TI yang telah diurutkan dan diprioritaskan dimana pihak manajemen dapat mengalokasikan sumber daya semaksimal mungkin untuk proyek – proyek tersebut. Mekanisme proses prioritization melibatkan 5 tahapan, yaitu :
1.      Senior manager, mengartikan arahan strategi untuk perusahaan, kemudian memberikan bobot untuk setiap arahan strategi tersebut dan mencapai kesepakatan bersama mengenai definisi dan skala proyek TI mana yang akan dinilai. Melalui tahap kesepakatan ini, manajemen senior akan menjadi yakin mengenai konsistensi dari arahan strategi yang sebelumnya telah dibuat dan akan dijalankan secara konsisten dan dari sudut pandang bisnis maupun TI.
2.      Semua proyek TI dideskripsikan dalam ukuran bisnis, secara singkat dan konsisten, menyediakan deskripsi dari berbagai inisiatif TI yang diajukan. Masing – masing bagian bisnis pada tiap – tiap proyek bertanggung jawab pada inisiatif TI ini. Dengan demikian, perusahaan mempunyai suatu pandangan berorientasi bisnis yang lengkap karena berbagi inisiatif TI tersebut.
3.      Para manajer akan melihat hubungan sebab akibat antara proyek TI dengan arahan strategi perusahaan ; apabila kita mengimplementasikan proyek TI ini, dampak apa yang akan dihasilkan pada masing – masing arahan strategi tersebut?
Setiap manajer harus menilai dan mengevalusi setiap proyek TI yang ada. Hasilnya berupa pengertian yang luas bagi para manajer bisnis mengenai seluruh inisiatif TI yang ada, bagaimana inisiatif TI ini dapat berhubungan dengan setiap bagian bisnis, dan apa dampaknya bagi arahan strategi perusahaan.
4.      Dalam sebuah diskusi, masing – masing manajer akan mengulas hasil penilaian  mereka terhadap proyek – proyek TI sebelumnya yang mereka nilai. Diskusi ini akan menghasilkan keputusan bagi pengembangan dan prioritisasi proyek.
5.      Bagian TI akan mengembangkan perencanaan proyek berdasarkan prioritas yang telah disepakati sebelumnya, sumber daya apa saja yang dibutuhkan, dan jadwal pengembangan proyek.
Dengan melakukan penilaian terhadap keseluruhan portfolio inisiatif TI, pihak manajemen dapat mengambil keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan karena penilaian portfolio menunjukkan keseluruhan nilai, biaya dan risiko investasi TI yang akan dilakukan. Skor portfolio proyek TI untuk dampak diambil dari business value scorecard yang terdiri atas arahan strategis beserta bobot dan isi oleh orang-orang yang berperan penting.

Gambar 2.6 Pemberian Skor Prioritization Pada  
Sebuah Investasi Proyek(Benson et al., 2004, p 130)

Skala nilai nol berarti proyek tidak memiliki dampak. Sedangkan skala lima berarti proyek tersebut penting bagi perusahaan. Menurut Benson et al. (2004, p298), skala yang digunakan dalam mengukur dampak proyek dimulai dari nilai nol sampai lima seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1.    Sebab Akibat dalam Prioritization

4.         Praktek Alignment
Menurut Benson et al. (2004, p10), praktek alignment merupakan kegiatan menganalisa dampak bisnis dari aktivitas TI yang sudah berjalan (lights-on). Setiap biaya yang dihabiskan untuk menjaga sistem yang ada, berasal dari biaya yang tidak digunakan untuk pengembangan sistem yang baru. Jadi, manajer TI dan bisnis dapat memutuskan inisiatif TI yang manakah yang seharusnya memperoleh sumber daya perusahaan yang lebih besar, dari pada beranggapan bahwa semua yang sekarang beroperasi adalah kritis bagi bisnis dan harus didukung pada tingkat sumber daya yang ada. Hasilnya adalah pendekatan yang lebih beralasan untuk menghabiskan biaya pada sistem yang sedang berjalan, dibandingkan untuk pengembangan sistem baru. Hasilnya lebih beralasan dimana mengeluarkan biaya untuk aktivitas yang ada.
o    Tiga Bagian Praktik Alignment
Menurut Benson et al. (2004, p154-160), ada tiga jenis alignment. Yaitu : 
1.    Strategic Alignment. Melihat pada tiga elemen TI diantaranya yaitu aplikasi, service, dan infrastructure. Selain itu juga mendeskripsikan bagaimana elemen TI tersebut mendukung dua elemen bisnis (arahan strategi dan operasional bisnis serta kebutuhan proses). 

Tabel 2.2 Contoh Data Alignment

1.    Internal IT Alignment, mengukur seberapa besar infrastruktur TI dan service di dalam mendukung aplikasi, begitu juga sebaliknya. Disamping itu juga ada tentang bagaimana aktivitas manajemen TI yang ekfektif di dalam mendukung ketiga elemen tersebut.
2.    Functional Alignment, ketika prioritas memperbolehkan manajemen memberikan sumber dayanya untuk mendukung inisiatif TI yang didasarkan pada dampak bottom-line dan hubungannya pada arahan strategis, alignment melakukan hal yang sama pada aplikasi dan infrastruktur TI yang sudah ada. Dan kebanyakan perusahaan biasanya mendedikasikan sumber daya TI untuk digunakan pada aplikasi yang sedang berjalan, dan untuk selanjutnya sumber daya diberikan pada inisiatif baru. Functional alignment ini melanjutkan pengujian dengan melihat pada kualitas, level service, tingkat pengguna, dan teknologi.
o    Strategi Investasi
Merupakan hasil dari NIE yang memiliki fungsi untuk mengetahui manfaat dari nilai investasi yang dilakukan perusahaan. Strategi investasi dilihat dari beberapa hal, contohnya :
1.    Strategi investasi berdasarkan nilai penyelarasan (Alignment) dan kualitas (Quality).
Menurut Benson et al. (2004, p139), strategi investasi ini membuat manajemen dapat menentukan keputusan yang spesifik atau detail bagi investasi berdasarkan dampak bottom-line pada bisnis mengenai aplikasi lights-on yang perlu ditingkatkan lagi dan bagian pengeluaran TI apa yang dapat diminimalisir atau dikurangi serta investasi TI mana yang memberi dampak yang terbaik dan maksimal untuk bisnis.
Berikut ini merupakan pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan kategori dari strategi investasi :


Tabel 2.3 Strategi Investasi untuk Portfolio 
 Aplikasi Lights-On Berdasarkan Alignment – Quality

1.    Strategi investasi berdasarkan ketergantungan (Dependency) dan kualitas (Quality).
Menurut Benson et al. (2004, p65), strategi berdasarkan ketergantungan dan kualitas, dari sisi ketergantungannya itu dilihat “Apakah si aplikasi tersebut benar – benar digunakan?”, sedangkan dilihat dari sisi kualitasnya melihat “Apakah informasi yang dihasilkan dari aplikasi tersebut akurat dan aplikasi tersedia ketika ingin dibutuhkan atau digunakan?”.

Tabel 2.4 Strategi Investasi untuk Portfolio  
Aplikasi Lights-On Berdasarkan Dependency – Quality

5.         Praktek Performance Measurement
Menurut Benson et al. (2004, p10), praktek ini adalah mengukur kinerja TI berdasarkan hubungannya dengan bisnis. Yaitu dengan cara menggabungkan pengukuran kinerja operasional dan taktis TI dengan pengukuran dampaknya pada bisnis. Sangat mudah untuk menghitung kinerja TI pada tahap operasional dan taktik, tetapi sangat sulit untuk mengukur dampak TI pada bisnis. Praktek ini mencampurkan keduanya dan memungkinkan TI untuk mengetahui apa yang harus diukur, bagaimana mengelola TI berdasarkan ukuran tersebut, dan bagaimana mengkomunikasikan kinerja tersebut pada manajer bisnis dengan cara yang dapat mereka mengerti. Hasilnya meningkatkan performa TI dan meningkatkan komunikasi dengan manajemen bisnis.      
2.2.2    Tujuan New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et al. (2004, p68-69), tujuan NIE secara keseluruhan, yaitu :
1.                   Menyediakan kemampuan melihat 100% pengeluaran TI secara keseluruhan.
2.                   Membuat kerangka kerja perencanaan melalui penganggaran (mendukung rantai nilai strategi ke bottom-line)

§  Praktek NIE Demand/ Supply Planning dan Innovation bertujuan untuk :
1.         Menghubungkan sumber daya yang ada dan yang dibutuhkan dengan strategic intention perusahaan.
2.         Membuat pondasi untuk mengakses portfolio yang ada dan mendefinisikan portfolio strategi yang akan datang.
3.         Membuat kata – kata yang konsisten antara bisnis dan TI.
4.         Menggambarkan dimana letak sumber daya TI diaplikasikan dan menghubungkannya dengan anggaran perusahaan dan proses perencanaan.
5.         Menyediakan kerangka kerja dalam mendefinisikan kebutuhan TI, mencakup pembaharuan dan pertumbuhan.
6.         Membuat hubungan dengan pengukuran performa.

§  Praktek NIE Prioritization bertujuan untuk :
1.         Membuat dasar Strategic Intention untuk alokasi sumber daya dan prioritas.
2.         Menyediakan perspektif untuk kebutuhan investasi mendatang.
3.         Menyediakan dasar untuk mengakses risiko dan manfaat proyek.

§  Praktek NIE Aligment bertujuan untuk :
1.         Membuat dasar untuk tugas pelayanan, kualitas, kehandalan dan risiko.
2.         Membuat informasi untuk penyelarasan.
3.         Menghubungkan 100% biaya pengeluaran TI yang sudah dihabiskan pada Strategic Intention IT.
§  Praktek NIE Performance Measurement bertujuan untuk :
1.         Menyediakan kerangka kerja untuk pengukuran performa dari 100% pengeluaran TI.
2.         Menghubungkan pengukuran performa dengan perencanaan strategi.
3.         Menghubungkan pada performa bisnis yang berpengaruh pada Portfolio TI.

2.2.3    Pedoman Mendapatkan Hasil New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et al. (2004,  p19), untuk mendapatkan hasil NIE menajemen harus menjawab pertanyaan dibawah ini sebagai pedoman.
1.   Affordability Questions
·      Apa yang dapat kita hasilkan untuk pengeluaran TI?
·      Dapatkah kita mengurangi biaya TI yang tidak perlu?
·      Dapatkah kita merancang ulang biaya-biaya untuk mendukung proyek yang dibutuhkan?
2.   Impact Questions
·      Apakah kita menginvestasikan sumber TI pada tempat yang tepat?
·      Apakah strategi bisnis perusahaan dapat mengendalikan tindakan TI dan menghasilkan dampak bottom-line?
·      Apakah kita memperoleh dampak bottom-line dari sumber lights – on?
·      Apakah sesuai antara investasi strategi dengan investasi taktik?





BAB 3

PEMBAHASAN



3.1       Sejarah Munculnya Metode NIE

IE yang dikemukakan Parker (Benson, 2004, pp40-41) menegaskan bahwa fokus dari IE adalah persetujuan dan prioritisasi investasi TI yang dilihat dari faktor manajemen, seperti kesesuaian stratejik, keunggulan bersaing, respon bersaing dan pengelolaan informasi yang dihitung dengan ROI atau alat ukur keuangan lainnya.



Demikian juga dengan penggunaan konsep Shareholder Value dan Economic Value Added (EVA) yang telah dikemukakan pada akhir tahun 80’an. Selanjutnya Benson (2004, p80) menjelaskan beberapa kesulitan yang akan dihadapi oleh pengguna konsep IE karena dari enam faktor manfaat, hanya ROI saja yang terkait dengan keuangan. Faktor lain seperti kesesuaian stratejik, keunggulan bersaing, informasi manajemen, respon bersaing, dan arsitektur TI stratejik diukur berdasarkan nilai yang besifat intangible.



Oleh karena itu, Benson memperluas konsep IE dan memperoleh kunci serta pandangan penting yang melandasi tebentuknya konsep New Information Economics(NIE). Dalam konsep NIE ini akan dibahas mengenai semua kegiatan bisnis dan manajemen TI yang meliputi perencanaan, inovasi, prioritisasi, penyelarasan, pengukuran kinerja, juga portfolioserta manajemen budaya. Oleh karena itu, Benson memfokuskan metode NIE ini pada Strategy to Bottom Line Value Chain, dimana kerangka ini akan menghubungkan lima praktek NIE dan tiga konsep pendukungnya. Metode ini menyediakan perencanaan dan kerangka manajemen yang lengkap sehingga manajemen dapat memahami dan menggunakan TI untuk menghasilkan hasil pada bottom-line yang lebih baik.

          

3.2       Alasan perusahaan harus mengunakan metode NIE

Pertanyaan utama kita menjawab bagi perusahaan dalam menerapkan NIE adalah, "Apa yang diperlukan untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi dan lebih efektif dalam mengelola biaya TI?" Jawabannya: kita perlu proses perencanaan yang efektif, sumber daya sesuai keputusan, dan dapat dianggarkan dan direncanakan. Kita membutuhkan orang – orang untuk bekerja sama secara konsisten. Strategi-to Bottom-Line Rantai Nilai (value Chain) mengikat semua elemen ini bersama-sama.

Tetapi perusahaan sudah melakukan hal ini, manajer mungkin berkata. Mereka bekerja untuk memperbaiki garis dasar kinerja perusahaan mereka. Dari tahun ke tahun, mereka menetapkan anggaran operasi terus-menerus, dan berinvestasi dalam proyek-proyek atau inisiatif untuk mengubah atau menambahkan ke bisnis. Manajer kemudian berharap bahwa anggaran baru akan mendukung garis dasar yang lebih baik kinerjanya dari tahun anggaran sebelumnya, dan bahwa investasi dalam proyek-proyek atau inisiatif akan menghasilkan laba lebih baik.

Masalah praktis adalah bahwa sebagian besar perusahaan melakukan perencanaan, prioritas, alokasi sumber daya, anggaran, dan pengukuran kinerja dalam silo atau stovepipes. Kita maksud ini dalam dua cara. Pertama, dalam proses manajemen, perencanaan bisnis, Perencanaan IT, prioritas, anggaran, dan terhubung dengan pengukuran kinerja yang buruk. Proses manajemen ini beroperasi, tetapi tidak konsisten atau dari informasi dasar yang umum, dan sudah dilepaskan. Kedua, banyak perusahaan yang terorganisir dalam silo atau stovepipes, dan berbagai kegiatan manajemen tidak mengambil perspektif suatu perusahaan juga tidak mengkoordinasikan melintasi penghalang antara silo atau stovepipes.
Kebanyakan perusahaan dan organisasi memiliki kumpulan proses manajemen di IT. Menimbang bahwa telah lebih dari tiga puluh tahun sejak pertama masalah ini menjadi jelas, harus ada lebih dari proses manajemen sederhana. Kita sering menemukan:


- Rencana bisnis tidak bisa menyetir rencana TI
- Rencana IT fokus pada teknologi, bukan langsung menangani strategi bisnis
- Bisnis manajer tidak melihat TI sebagai pendukung strategi mereka
- Proyek-proyek TI tidak mendukung strategi bisnis. TI belanja pemeliharaan infrastruktur dan aplikasi tidak mendukung strategi
- Anggaran perusahaan tidak mencerminkan hasil perencanaan TI
- Rencana IT yang mengambil keputusan sendiri yang tidak memandu keputusan manajemen, proyek, atau anggaran perusahaan.
- Praktek pemerintahan IT tidak langsung dari perspektif bisnis IT



Ini adalah karakteristik perusahaan yang terputus. pada dasarnya, berbeda pendapat diantara manajer bisnis dan IT tentang memainkan peran TI dalam bisnis, nilai bahwa IT dapat membawa effek, dan praktek-praktek manajemen yang diperlukan untuk secara efektif membawa TI untuk menanggung pada strategi bisnis. Ini hasil dari pandangan yang berbeda, gagal untuk merencanakan, sejajarkan, memprioritaskan, berinovasi, dan mengukur kinerja untuk IT, secara konsisten, dari strategi bisnis perspektif. Kegagalan hasil dari budaya manajemen dalam bisnis dan TI yang tidak kompatibel dengan mengambil perspektif dalam mengelola bisnis IT.



3.3       Manfaat dari NIE

Salah  satu  metode  untuk  melakukan  penilaian  terhadap kelayakan proyek adalah  Information Economics (IE), yang dikembangkan  oleh  Parker  untuk  menghubungkan  kinerja bisnis dengan teknologi informasi. Pada model ini, manfaat  ditentukan  melalui  kombinasi  dari  analisis  enhanced  ROI, penilaian  bidang  bisnis,  dan  penilaian  bidang  teknologi. Parker  menglasifikasikan  manfaat  SI/TI  ke  dalam  tiga bagian (Parker, 1988) yaitu: 


a)  Tangible benefit 

          Manfaat  nyata  atau  yang  berpengaruh  secara  langsung terhadap  keuntungan  perusahaan.  Contohnya meningkatkan  produktivitas,  mengurangi  penggunaan kertas,  dan    sebagainya.  Analisis  terhadap  tangible benefit  atau  yang  bersifat  kuantitatif  menggunakan perhitungan  dengan  metode    simple  ROI-  Traditional Cost-Benefit Analysis (TCBA)   


b)  Quasi benefit  

         Manfaat  yang  berada  di  ruang  “abu-abu”,  atau  yang berpengaruh langsung terhadap keuntungan tetapi susah dihitung  ataupun  sebaliknya,  tidak  berpengaruh  secara langsung  terhadap  keuntungan  tetapi  dapat  dihitung. Contohnya memperbaiki proses perencanaan, perbaikan pengambilan  keputusan,  dan  sebagainya.  Analisis terhadap  quasi benefit  menggunakan perhitungan sbb: 

−  Value Acceleration (VA) 

−  Value Linking (VL) 
−  Value Restructuring (VR) 
−  Innovation Valuation

c)  Intangible benefit 
            Manfaat tidak nyata atau yang dapat dilihat mempunyai dampak  positif  bagi  perusahaan,  tetapi  tidak  secara langsung  berpengaruh  pada  keuntungan.  Contohnya meningkatkan  citra  perusahaan,  meningkatkan  moral pegawai,  dan  sebagainya.  Analisis  terhadap    intangible benefit menggunakan dua penilaian yaitu:
a.  Business Domain 
     Komponen-komponen penilaian dari domain  bisnis antara lain: 
     −  Strategic Match 
     −  Competitive Advantage 
     −  Management Information Support 
     −  Competitive Response
b.  Technology Domain 
     Komponen-komponen penilaian dari domain ini  antara lain: 
     −  Strategic IS Architecture 
     −  Defitional Uncertainty 
     −  Technical Uncertainty 
     −  Infrastructure Risk 
 
Kategori  manfaat  1  (tangible)  dan  2  (quasi  tangible) menggunakan  pendekatan  finansial  enhanced  ROI,  dimana hasil  penilaiannya  menghasilkan  suatu  nilai  moneter  dan skor  angka  sedangkan  kategori  manfaat  ke-3  menggunakan pendekatan  non-finansial  (domain  bisnis  dan  teknologi), dimana  hasil  penilaiannya  adalah  sebuah  skor  angka.  Pada kategori ke-3 ini, skor berkisar dari 0-5 Dengan demikian,  nilai  proyek  SI/TI  diukur  dengan  formula  berikut  ini (Parker, 1988: hal. 102):

Skor Proyek =  Enhanched ROI + bobot bidang  bisnis + bobot bidang teknologi 

Enhanched ROI= Traditional ROI+value linking + value acceleration+value restructuring+ innovation  valuation

3.4 Contoh penerapan metode New Information Economics pada perusahaan


Dengan persaingan yang ketat sebuah perusahaan ingin



PENERAPAN INFORMATION ECONOMICS SISTEM APLIKASI BILLING DAN PENGGAJIAN KARYAWAN 


Faktor Domain Bisnis dan Domain Teknologi 


1.  Analisis Cost Benefit

Cost (biaya) adalah sejumlah sumber daya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh suatu produk, sedangkan benefit

(manfaat) adalah keuntungan langsung maupun tidak langsung yang didapat oleh suatu institusi. Manfaat lebih berupa
penghematan, pengurangan biaya, perolehan keuntungan, peningkatan efektifitas atau produktifitas karyawan
Terdapat 2 jenis biaya yaitu:
a. Biaya pembangunan system
b. Biaya pemeliharaan atau biaya operasional
Terdapat 3 jenis manfaat, yaitu:
a. Tangible benefit (manfaat yang dapat diukur atau langsung tampak pada perhitungan)
b. Quasi-Tangible benefit (manfaat ini untuk meningkatkan efisiensi organisasi)
c. Intangible benefit (manfaat untuk peningkatan efektifitas organisasi)

2. Value Linking  dan Value Acceleration
Value Linking adalah suatu nilai yang digunakan untuk melakukan evaluasi sebagai akibat dari peningkatan kinerja suatu
fungsi terhadap fungsi lain yang terpisah. Value Linking menunjukkan ripple effect yang terjadi akibat perubahan dalam
fungsi perusahaan atau proses kerja.

Value Acceleration adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi secara financial manfaat pengurangan/ percepatan
waktu karena adanya hubungan sebab akibat antara dua fungsi/departemen. Teknik ini dikuantifikasikan pada domain
bisnis dan ditambahkan ke dalam lembar kerja dampak ekonomis.

3.  Value Restructuring
Value Restructuring merupakan nilai terkait dengan restrukturisasi fungsi-fungsi pekerjaan dari suatu departemen. Value
Restructuring digunakan untuk mengukur peningkatan nilai produktifitas yang dihasilkan oleh adanya proyek teknologi
informasi pada suatu perusahaan.

Analisis manfaat tangible dengan menggunakan cost benefit tradisional diperoleh manfaat ekonomi netto, menghasilkan
ROI 1 dan skor dampak ekonomis pertama. Selanjutnya kuantifikasi Value Linking dan Value Acceleration dikerjakan
bersama-sama dengan analisis manfaat intangible faktor-faktor domain bisnis dan domain teknologi pada model bisnis
institusi. Kuantifikasi Value Linking  dan Value Acceleration dikerjakan bersama-sama dengan analisis manfaat
intangible faktor-faktor domain bisnis dan domain teknologi pada model bisnis institusi. Value restructuring berkaitan
dengan faktor domain. Hasilnya dijumlahkan dengan ROI 2 untuk menghasilkan ROI 3 dan skor dampak ekonomis
ketiga. Kuantifikasi Innovation Valuation berkaitan dengan faktor domain yang hasilnya dijumlahkan dengan ROI 3
untuk memperoleh ROI 4 dan dampak ekonomis keempat. Terakhir, skor dampak ekonomis dan seluruh faktor domain
bisnis dan domain teknologi dimasukkan pada Information Economics Scorecard. 
1.  Faktor Domain Bisnis
Domain bisnis melakukan pengukuran terhadap dampak penerapan teknologi informasi dalam kemampuan bisnis dari
institusi. Teknologi informasi dapat mengubah budaya kerja dari perusahaan, meningkatkan keunggulan bersaing
perusahaan bahkan dapat membuat pelopor (entry barrier) bagi institusi lain.

Di dalam faktor domain bisnis ada 5 faktor yang berpengaruh terhadap teknologi informasi selain kalkulasi ROI
sederhana yang perlu dievaluasi agar pembobotan ini menjadi lebih baik dan skor proyek menjadi lebih realistis. Kelima
faktor tersebut adalah:
a. Faktor Strategic Match
Skor factor strategic match tergantung pada keadaan dimana proyek yang diusulkan berhubungan dengan tujuan
strategis yang telah ditentukan.
b. Faktor Competitive Advantage
Mengevaluasi adanya pertukaran data antar organisasi dengan para pemasok, distributor atau unit kerja lain untuk
mempertinggi tingkat kompetitif institusi.
c. Faktor Management Information Support
Menentukan apakah proyek yang dibangun dapat memberi dukungan manajemen terhadap manajer atau manajemen
lainnya.
d. Faktor Competitive Response 
Faktor ini untuk mengukur apakah kegagalan proyek yang dikerjakan menyebabkan daya kompetitif perusahaan
rusak.
e. Faktor Project or Organizational Risk
Pengukuran pada factor ini terpusat pada pemakai atau domain bisnis institusi, bukan organisasi teknis. Komponen-
komponen kapasitas organissi meliputi dukungan perubahan manajemen, penilaian realistis atas tugas dalam
menyelesaikan proyek melalui bisnis proses dan fungsinya.

2.  Faktor Domain Teknologi
Banyak nilai dan resiko penting yang tidak tercermin dalam kualifikasi keuangan seperti kalkulasi sederhana ROI.
Beberapa nilai dan resiko ini bersifat unik terhadap domain teknologi, arsitektur strategis sistem informasi, ketidakpastian
definisional, ketidakpastian teknik dan resiko infrastruktur informasi. Faktor ini memberikan konteks strategi teknologi
informasi dimana alternatif investasi dapat ditinjau.
a.  Strategic IS Architecture
Untuk menentukan apakah arsitektur sistem informasi yang dibangun sesuai dengan blueprint perusahaan. Proyek
yang mempunyai keterkaitan dengan blueprint nilainya lebih tinggi.
b.  Definitional Uncertainty
Menunjukkan keadaan dimana kebutuhan dan atau spesifikasi telah jelas. Bila kebutuhan tidak diketahui, skor makin
tinggi.
c.  Technical Uncertainty
Menunjukkan empat faktor yang dinilai yaitu: ketrampilan yang dibutuhkan, ketergantungan dengan perangkat keras,
perangkat lunak dan perangkat lunak aplikasi.

d.  IS Infrastructure Risk
Menunjukkan investasi non proyek yang penting untuk mengakomodasikan proyek ini. Merupakan penilaian
lingkungan seperti administrasi data, komunikasi dan sistem terdistribusi. Berisi perangkat keras, perangkat lunak dan
staf.

3. Hasil Penelitian
Value Linking
Manfaat-manfaat yang diperoleh unit fungsional lain dalam kegiatan operasional, di antaranya:
1. Bagian Administrasi, dengan adanya komputerisasi, akan mengurangi biaya pemeliharaan mesin, foto copy, pembelian
toner dan kertas. Terjadi penghematan sebesar Rp. 8 juta/tahun.
2. Bagian pengumuman kelulusan tes masuk akan mengurangi biaya pos, kertas, tinta sebesar Rp. 5 juta/tahun
3. Keuangan Yayasan. Penghematan pada pengurangan kesalahan akibat kesalahan pencatatan pembayaran sebesar Rp. 10 juta/tahun

Value Acceleration
Value Acceleration terjadi pada pendapatan bunga dengan total pemasukan Rp.8.430.000/tahun.

Value Restructuring
Setelah implementasi pendaftaran online, maka persentase kerja Kepala Keuangan adalah: 70% melakukan fungsinya sebagai
Kepala Keuangan, 15% melakukan kegiatan setingkat Wakil Admin, 15% setingkat Staff, 0% setingkat Operator.  

Skor Proyek

Dari hasil pembobotan dan nilai proyek yang telah dilakukan, bisa dihasilkan suatu skor proyek. Nilai-nilai akan berguna
apabila proyek yang dianalisis lebih dari suatu sehingga dapat dipakai untuk pedoman penilaian proposal proyek. Karena
proyek yang dibahas adalah proyek tunggal, maka yang ditekankan lebih pada ROI, yaitu sejauh mana manfaat-manfaat
proyek, khususnya yang sulit terukur (intangible), memberikan kontribusi pada pengembalian investasi.

 
BAB 4
PENUTUP

4.1       Simpulan
Beberapa simpulan yang dapat diambil dari pembuatan paper yang berjudul “INFORMASI EKONOMI BARU DI INDONESIA” adalah sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui dan mengerti metode New Information Economics.

2.    Mampu menerapkan metode New Information Economics dan langkah langkah yang di lakukan.



4.2       Saran

Beberapa saran yang dapat di tambahkan untuk pembuatan paper yang berjudul “INFORMASI EKONOMI BARU DI INDONESIA” adalah sebagai berikut:
1.   Harus mengoptimalkan metode New Information Economics dalam penerapannya.
2.    Menerapkan metode New Information Economics di perusahaan sesuai dengan kebutuhan perusahan.



DAFTAR PUSTAKA
Benson, Robert J. ,dkk. (2004). From Business Strategy to IT Action. Hoboken : John.
Laudon, Kenneth C. & Jane P.Laudon.(2006). Management Information System. 9th         edition. Prentice Hall, NewYork.
McLeod, R., & Scheel, G. (2007). Sistem Informasi Manajemen Terjemahan Bahasa          Indonesia, Edisi 10. Salemba Empat, Jakarta.
O’Brien, James. (2005). Introduction to Information System. New York : McGraw-Hill.
Whitten, J. L., Bentley, L. D., & Dittman, K. C. (2004). System Analysis and Design         Methods (6th Edition). New York: McGraw Hill.
http://www.the-beta-group.com/about/methodm.html (The Beta Group : New Information Economics )
http://www.csiic.ca/PDF/Godin_38.pdf (The information economy : the history of a concept through it's Measurement, 1949-2005)
 
 

No comments:

Post a Comment