UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Jurusan Sistem
Informasi
Paper Kelompok
Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Semester
Genap tahun 2014
NEW INFORMATION ECONOMICS DI INDONESIA
GORBY W
SITUMORANG 1501187110
BAMBANG TRI
HERMANTO 1501182961
ANDREAS 1501166434
TIYARA
EKA SEPTIANTI 1501165375
ALBERTUS HANDOKO
AGUNG WIDODO 1501151205
06PAM / 04
Abstrak
Dalam menghadapi
perkembangan ekonomi di era global ini, perusahaan dituntut untuk dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitasnya dalam menghadapi persaingan bisnis
yang semakin tajam.Penerapan Teknologi Informasi (TI) dianggap sebagai salah
satu faktor yang dapat memeberikan kontribusi signifikan untuk tercapainya
efisiensi dan efektifitas tersebut. Selain itu perubahan paradigma ekonomi yang
semula berbasis pada sumber daya (Resource base economy) menjadi ekonomi yang
berbasis pengetahuan (Knowledge Base Economy) membuat kemampuan IPTEK menjadi
faktor primer kekuatan daya saing suatu perusahaan menggantikan modal, lahan
dan energi. Sehingga suatu perusahaan harus mampu mengambil keputusan investasi
TI secara tepat, agar besarnya investasi yang dikeluarkan perusahaan dapat
selaras dengan tingkat kepentingan dan manfaat yang diperoleh dari penerapan TI
tersebut.
Dengan mengikuti
seminar yang berhubungan dengan topik New
Information Economics ini kita dapat mengetahui apa itu New Information Economics dari pakar
pakarnya dan melakukan studi kepustakaan dengan mencari dari jurnal yang ada di
internet dan dapat dijadikan sumber dan panduan dalam penulisan paper ini.
Diharapkan
dengan penulisan ini pembaca dapat mengerti dan memahami metode New Information Economics .
Maka dalam
pembahasan karya tulis kali ini kita akan membahas tentang metode New Information Economics. Disini akan
dijabarkan mengenai cara menerapkan metode New
Information Economics .
Kata Kunci
New Information
Economics
(NIE), System informasi, Teknologi Informasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan
teknologi saat ini, kebutuhan teknologi dalam dunia bisnis menjadi sangat
penting dalam menentukan kemajuan suatu perusahaan. Banyak perusahaan yang kini
menyadari bahwa salah satu kunci untuk meraih sukses dalam kompetisi dunia
bisnis sangat bergantung pada kemampuan dalam memperoleh informasi yang berguna
secara cepat dan tepat.
Di samping itu, perusahaan juga
membutuhkan teknologi informasi yang dapat membantu mereka dalam mengambil
keputusan secara tepat dalam menentukan strategi dan kebijakan perusahaan baik
dari segi waktu maupun kualitas keputusan yang akan dihasilkan sehingga
perusahaan memiliki nilai lebih untuk memenangkan persaingan bisnis
.
. Dalam
penerapan Teknologi Informasi, membutuhkan biaya yang tidak sedikit, hal
tersebut terkait dengan dukungan hardware,
software dan developer, agar proses berjalannya sistem informasi bisa dipantau
dan dirawat dengan baik. Perusahaan harusnya melakukan perencanaan SI/TI sesuai
dengan tujuan perusahaan, budget perusahaan, dan menyesuaikan juga dengan
proses bisnis perusahaan.Maka dari itu, suatu investasi
teknologi informasi perlu dikaji lebih jauh lagi apakah sudah layak atau belum
untuk dikembangkan dan diimplementasikan dalam suatu perusahaan.
Perusahaan sudah harus mengimplementasikan dan menerapkan SI/TI
yang sesuai dengan kemajuan sistem dan teknologi, karena dengan penerapan
teknologi yang baru, bisa lebih baik dan mendukung sistemasi kinerja
perusahaan. Dukungan TI dapat membantu perusahaan menjalankan proses bisnisnnya
sehingga meningkatkan kefisiensian waktu, tenaga, dan resource, sehingga TI telah menjadi peranan penting didalam
perusahaan. Perusahaan juga perlu
membuat kebijakan TI yang diterapkan diperusahaan, sehingga biaya investasi
yang dikeluarkan perusahaan untuk menerapkan TI sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai perusahaan. Dengan itu perlunya penilaian dan pengukuran biaya
investasi SI/TI ini untuk bisa mengetahui manfaat yang diberikan SI/TI sesuai
dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan investasi. Untuk itu
diperlukan pengukuran biaya dengan menggunakan metode New Information Economics (NIE), untuk bisa menyelaraskan dan
menyesuaikan biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk SI/TI dengan tujuan
perusahaan.
Metode New Information
Economics (NIE) merupakan cara untuk mengevaluasi investasi TI didalam perusahaan dengan tujuan yang ingin
dicapai perusahaan. Menurut
Roberts, Roger & Sikes, Johnson (2011), dari penelitian yang diadakan pada
tahun 2011, dari jumlah 927 responden, pihak Eksekutif mengharapkan perusahaan
untuk meningkatkan investasi baru mereka untuk TI , dengan hampir seperempat
responden mengharapkan untuk peningkatan investasi lebih
dari 10 persen untuk tahun selanjutnya. Dan lebih dari 60 persen mengharapkan
untuk meningkatkan atau mempertahankan biaya operasional TI mereka, hal ini
menandakan perubahan dari tahun 2010 ketika 60 persen responden memperkirakan
pengurangan atau stabilisasi anggaran operasional TI. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
perusahaan untuk berkembang, dibutuhkan pengadaan proyek. Dengan menggunakan
metode NIE, dapat memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai hubungan biaya
proyek yang akan dikeluarkan dan kebutuhan perusahaan dalam mencapai arahan
strategi perusahaan sehingga perusahaan dapat mengalokasikan dananya untuk
pengadaan proyek yang tepat dan memberikan manfaat yang diharapkan. Selain itu,
manfaat dari metode ini adalah untuk memberikan
gambaran perusahaan berkaitan penerapannya dalam bidang SI/TI yang sedang
berjalan.
1.2 Ruang Lingkup
Penetapan
ruang lingkup Green computing pada penelitian ini adalah mengenai:
1.
Sejarah
Munculnya Metode NIE
2.
Alasan
perusahaan harus mengunakan metode NIE
3.
Manfaat
dari NIE
4.
Contoh
penerapan metode New Information
Economics pada perusahaan
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan
pembahasan pada latar belakang, maka dapat diketahui tujuan dan manfaat
pembuatan paper ini, yaitu;
Tujuan dari paper ini ialah :
1. Memberi pengetahuan tentang metode New Information Economics.
2.
Memberikan contoh tentang metode New Information Economics pada sebuah perusahaan
Manfaat dari
paper ini ialah :
1.
Dapat
memahami metode New Information
Economics.
2.
Dapat
menerapkan metode New Information
Economics.
1.4 Metodologi
Penulisan
Metodologi yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1.
Seminar
Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Mendengarkan
seminar topik-topik lanjutan sistem informasi yang berkaitan dengan topik yang
dibahas pada makalah ini.
2.
Metode
Studi Kepustakaan
Melakukan
pengumpulan informasi melalui buku-buku referensi dan internet yang dapat
dijadikan sumber dan panduan dalam penulisan makalah ini.
1.5 Sistematika
Penulisan
·
BAB
1: PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan apa saja latar belakang penulisan
paper ini, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, dan metologi penulisan
dari paper ini.
·
BAB
2: LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan
teori-teori yang mendukung penulisan paper ini.
·
BAB
3: PEMBAHASAN
Pada
bab ini menjelaskan tentang New
Information Economics.
·
BAB
4: PENUTUP
Pada bab ini kami akan memberikan simpulan dan saran
atas penulisan paper ini.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – Teori Dasar / Umum
Sub bab ini berisi teori – teori dasar
atau umum dari berbagai sumber yang menjadi landasan dalam pembuatan paper
mengenai New Information Economics.
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut
McLeod dan Schell. (2007, p10),
sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud
yang sama untuk mencapai suatu tujuan, dimana elemen –
elemen tersebut
terdiri dari sumber daya input,
proses transformasi dan sumber daya output.
Menurut Bennet et al. (2006, p5-6), sistem memiliki
karakteristik.
Berikut merupakan karakteristik
sistem:
1. Suatu sistem berada di dalam suatu lingkup lingkungan.
2. Sistem memiliki input
dan output, mereka menerima input dari lingkungannya, dan memberikan
output bagi lingkungannnya.
3. Sistem memiliki interface.
Sebuah interface memungkinkan
komunikasi antar dua sistem.
4. Sebuah sistem memiliki banyak subsistem. Sebuah subsistem
merupakan sebuah sistem, dan mungkin mempunyai subsistem – subsistem lainnya.
Menurut
O’Brien (2005, p29), sistem adalah sekelompok
komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama
dengan menerima input (masukkan) dan menghasilkan output (keluaran) dalam proses
transformasi yang terorganisir.
Menurut
Whitten et
al.
(2004,
p10),
sistem adalah pengaturan orang, data, dan proses teknologi informasi
yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan
sebagai output yang diperlukan untuk
mendukung sebuah organisasi.
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia edisi ke-4 (2008), sistem memiliki 3 arti, yaitu:
1. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas.
2. Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan
sebagainya.
3. Metode.
Berdasarkan teori – teori
tersebut, pengertian sistem dapat disimpulkan, yaitu sekumpulan dari berbagai
elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2 Komponen Sistem
Menurut O’Brien (2005, p30), sistem memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi :
a)
Input : penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang
memiliki sistem untuk diproses.
b)
Pemrosesan
: proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
c)
Output : perpindahan
elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi
ke tujuan akhirnya.
Menurut Turban et al (2005, p56),
sistem dibagi menjadi tiga bagian berbeda yakni input, proses, dan output. Ketiga
bagian tersebut dikelilingi oleh sebuah lingkungan, adanya pengambilan
keputusan, adanya batasan sistem.
a)
Input diartikan sebagai elemen yang masuk ke dalam
sistem.
b)
Proses
adalah sebuah elemen yang diperlukan untuk mengubah input ke dalam output.
c)
Output mengandung pengertian produk akhir dari sistem.
d)
Umpan
balik adalah adanya aliran informasi dari komponen output ke pengambilan keputusan berkenaan dengan output atau performa sistem.
e)
Lingkungan
sistem terdiri dari beberapa elemen yang ada di luar, dalam hal elemen tersebut
tidak ada input, output, ataupun
proses.
f)
Batasan
merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan lingkungannya. Sistem
berada didalam batasan, sedangkan lingkungan berada diluar.
2.1.3 Pengertian Informasi
Menurut Mcleod dan Scheel (2007, p11), informasi adalah data – data yang telah diproses dan telah memiliki arti
atau makna bagi orang yang menggunakannya.
Menurut Stair dan Reynolds
(2006, p5), informasi adalah sekumpulan dari fakta yang diorganisasikan dalam berbagai
cara yang telah memiliki nilai tambah melebihi nilai dari fakta itu sendiri.
Menurut O’Brien (2005, p38), informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks
yang berarti dan berguna bagi pemakai akhir.
Menurut Whitten et al. (2004, p23), informasi merupakan
data yang telah diproses atau diorganisasi ulang menjadi bentuk yang berarti.
Informasi dibentuk dari kombinasi data yang diharapkan memiliki arti ke penerima.
Menurut Turban et al. (2003, p15), informasi adalah
sekumpulan fakta (data) yang diatur dalam beberapa aturan sehingga mempunyai
arti bagi penggunanya. Dengan kata lain informasi yang ada itu berasal dari
data yang telah diproses
Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses
menjadi bentuk yang memiliki arti sehingga berguna bagi penerima.
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi adalah
kombinasi teratur apa pun dari orang – orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Laudon dan Laudon (2004, p8), sistem informasi
adalah suatu proses yang didefinisikan secara teknis yaitu sekumpulan dari
komponen yang saling berhubungan yang dikumpulkan, diproses, disimpan, dan
didistribusikan informasinya untuk mendukung pengambilan keputusan dan
pengontrolan dalam sebuah organisasi.
Menurut Whitten et
al. (2004, p10), sistem informasi adalah pengaturan orang, data, proses,
dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses,
menyimpan, dan menyediakan output informasi
yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi.
Menurut Turban et
al. (2003, p15), sistem informasi adalah proses pengumpulan, pemrosesan,
penyimpanan, proses analisis, dan penyebaran informasi untuk suatu tujuan
khusus.
Menurut McLeod dan Scheel (2007, p10), sistem informasi
adalah sistem virtual yang memungkinkan manjemen mengendalikan operasi sistem
fisik perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah
suatu kesatuan dari komponen – komponen seperti data, orang, serta proses yang
mencakup kegiatan mengumpulkan, mengolah data menjadi informasi yang berguna.
# Jenis – Jenis
Sistem Informasi
Menurut
Turban et al. (2003, p42-47), tipe dari sistem informasi dibagi menjadi tiga,
yaitu :
·
Transaction Processing Systems
Sistem informasi yang mendukung tugas – tugas seperti
pemonitoran, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, dan penyebaran dari
transaksi bisnis dasar organisasi.
·
Management Information Systems
Sistem informasi yang mengakses, mengorganisir, meringkas,
dan menampilkan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan rutin dalam area
fungsional.
·
Support Systems
Sistem informasi yang mendukung end user diorganisasi dalam melakukan tugas – tugasnya.
Menurut
O’Brien (2005, p24-25), tipe dari sistem informasi dibagi menjadi dua, yaitu :
·
Operation Support Systems
Menghasilkan sejumlah produk informasi dalam penggunaan
internal dan eksternal. Perannya adalah untuk membantu proses transaksi bisnis
berjalan secara efisien, mengontrol proses industri, mendukung komunikasi dan
kinerja perusahaan, dan meng-update
database perusahaan.
·
Management Support Systems
Aplikasi sistem informasi yang terfokus pada menyediakan informasi dan
dukungan untuk membuat keputusan yang efektif bagi pihak manajer.
2.1.5 Pengertian
Teknologi Informasi
Menurut Mcleod dan Scheel (2007, p1), teknologi
informasi adalah sumber daya fisik dan sumber daya manusia yang digunakan
manajer untuk mengelola perusahaan.
Menurut Stair dan Reynolds
(2006, p17), teknologi informasi adalah sekumpulan komponen teknologi yang
terdiri dari hardware, software, database, telekomunikasi, sumber daya manusia, dan prosedur.
Menurut Laudon dan Laudon
(2005, p18), teknologi informasi merupakan satu dari sekian banyak alat bantu
yang digunakan para manajer untuk menjembatani perubahan.
Menurut O’Brien (2005, p704),
teknologi informasi adalah hardware, software, telekomunikasi, manajemen database, dan teknologi pemrosesan informasi lainnya yang
digunakan dalam sistem informasi berbasis komputer.
Menurut Whitten et al. (2004,
p10), teknologi informasi merupakan istilah yang menggambarkan kombinasi
teknologi komputer (perangkat keras maupun lunak) dengan teknologi komunikasi
(jaringan data, gambar, dan suara).
Berdasarkan pendapat – pendapat para ahli diatas, teknologi
informasi adalah kumpulan dari komponen teknologi (hardware, software,
telekomunikasi, manajemen database,
dan teknologi pemrosesan) yang digunakan dalam sistem berbasis komputer untuk
membantu manajer mengatasi perubahan.
# Infrastruktur
Teknologi Informasi
Menurut Laudon dan Laudon
(2004, p11), infrastruktur dari teknologi informasi terdiri dari :
1.
Perangkat Keras (Hardware)
Peralatan fisik yang digunakan untuk meng-input, memproses, dan menghasilkan aktivitas dalam sebuah sistem
informasi.
2.
Perangkat Lunak (Software)
Instruksi detail dan terprogram yang mengontrol dan
mengkoordinasikan kinerja dari komponen hardware
dari suatu komputer dalam sebuah sistem informasi.
3.
Teknologi
Penyimpanan (Storage Technology)
Media fisik dan software
yang memerintahkan penyimpanan dan pengorganisasian data untuk digunakan
dalam sebuah sistem informasi.
4.
Teknologi
Komunikasi (Communication Technology)
Peralatan fisik dan software
yang menghubungkan berbagai komponen hardware
komputer untuk mentransfer data dari satu lokasi fisik ke lokasi yang lain.
Peralatan komputer dan komunikasi dapat dikoneksikan dalam suatu jaringan untuk
membagikan suara, data, gambar, ataupun video. Jaringan (network) menghubungkan dua atau lebih komputer untuk berbagi data
atau sumber daya.
2.2 Teori – Teori
Khusus
Pada
sub bab
ini berisi tentang teori – teori yang
mendukung dalam penulisan paper berjudul New
Information Economics (NIE).
2.2.1
Pengertian New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et al. (2004, p99), New
Information Economics (NIE) merupakan sekumpulan
praktek prinsip dan aktivitas yang terkoordinasi secara
efektif menghubungkan kegiatan
bisnis dengan proses manajemen teknologi informasi dan
mampu menghubungkan strategi bisnis perusahaan dengan aktivitas dan inisiatif
teknologi informasi.
Gambar 2.1 Sasaran
Perusahaan Dalam Mencapai IT
Improvement Zone
Menurut Benson et al. (2004, p2), perusahaan dapat
mewujudkan sasarannya unutk mencapai IT
Improvement Zone dengan melihat dampak yang dihasilkan dari proyek yang
baru dan melakukan pengontrolan serta pengurangan biaya terhadap biaya
investasi TI yang sedang berjalan (lights-on).
Ide
terpenting dari New Information Economics
adalah perusahaan seharusnya hanya menginvestasikan uang pada teknologi
informasi yang mendukung strategi bisnis perusahaan dan efektivitas kegiatan operasional perusahaan,
dan tidak menghabiskan uang pada investasi TI yang tidak bermanfaat bagi
strategi bisnis perusahaan.
Jadi,
tim manajemen perusahaan seharusnya dapat mengontrol anggaran dan investasi TI,
sehingga dampaknya dari proses bisnis lapisan terbawah akan terasa. Kombinasi
ini akan menyebabkan perusahaan mampu bergerak pindah dari struktur biaya
sekarang dan posisi bottom-line
menuju biaya terkendali serta meningkatkan dampaknya pada keuntungan (bottom-line) dengan secara konsisten memilih investasi TI terbaik yang
mendukung strategi bisnis perusahaan dan menyisihkan investasi TI yang kurang
berguna dan bermanfaat bagi perusahaan.
·
·
Right Results / Hasil Yang Tepat
Right result yang ingin
dicapai adalah mengatur biaya pengeluaran TI dan pada
saat yang sama meningkatkan dampak pada bottom-line perusahaan.
·
Right Decisions / Keputusan Yang Tepat
Right Decisions akan menghasilkan keputusan manajemen yang tepat yang dibutuhkan untuk menghasilkan right
results.
Gambar 2.2 Kemungkinan Hasil Yang Diperoleh Perusahaan
Menurut Benson et al (2004, p4), untuk mencapai dampak bottom-line bagi perusahaan, ada 4 tujuan kemungkinan yang dihasilkan oleh perusahaan, tergantung dari perusahaan, yaitu :
1.
Tujuan Pengurangan
Biaya (A Reduced Cost Objective)
Dengan mengaplikasikan kerangka
kerja dan praktek manajemen, perusahaan dapat mengurangi biaya TI dan
mempertahankan kontribusi yang dibuat TI terhadap bottom-line. Kinerja TI tetap seperti sebelumnya, namun biaya berkurang.
2.
Tujuan Biaya Stabil
(A Stable Cost Objective)
Manajemen perusahaan dapat
terus meningkatkan kegunaan TI dan tetap dengan pertumbuhan bisnis, dan dapat
mengontrol seluruh biaya yang digunakan pada TI. Teknologi Informasi dapat meningkatkan dukungannya pada bisnis dan akan berdampak pada bottom-line,
namun dengan tingkat biaya yang sekarang.
3.
Tujuan ”Sweet Spot” (A Sweet Spot Objective)
Mengkombinasikan pengurangan
biaya dengan dampak pada bottom-line
yang lebih baik. Teknologi Informasi dapat mengurangi biaya dan juga
meningkatkan kinerjanya dengan dampak pada bottom-line.
4.
Tujuan Higher Growth
Diterapkan untuk perusahaan
yang mengalami perubahan atau pertumbuhan yang cepat. Dalam kasus ini, biaya TI
yang tinggi meskipun sudah dikontrol tetap harus diperhatikan, karena akan
berpengaruh besar pada bottom-line. Akan
lebih baik apabila biaya TI yang tinggi dapat dikurangi dan pada saat yang sama
juga meningkatkan dampak bottom-line bagi
perusahan.
2.2.2 Praktek
New Information Economics (NIE)
Gambar
2.3 Lima Praktek New
Information Economics
Menurut Benson et al (2004, p9-10), lima praktek New Information Economics menghasilkan
kumpulan alat untuk digunakan oleh manajer TI dan bisnis, untuk menterjemahkan
strategi bisnis perusahaan ke dalam program dan inisiatif lainnya yang dapat diimplementasikan TI.
Tujuan dari praktek lima
praktek New Information Economics
tersebut
adalah untuk menterjemahkan strategi dan sasaran bisnis
perusahaan ke dalam IT action yang
tepat utnuk mencapai dampak bottom-line bagi
perusahaan. Hal ini dapat dicapai degnan perencanaan yang efektif, penentuan
sumber daya yang tepat, dan dengan perencanaan anggaran yang sesuai. Berikut
merupakan lima praktek New Information
Economics :
1.
Praktek Demand / Supply Planning
Menurut
Benson et al. (2004, p9), praktek ini
menterjemahkan strategi bisnis perusahaan ke dalam suatu tahapan yang
memberikan arahan yang jelas bagi TI tentang apa yang ingin dicapai oleh
perusahaan. Manajer bisnis dan TI mencapai kesepakatan ke arah mana perusahaan
ingin dikembangkan dan apa yang dapat TI lakukan untuk mendukung hal tersebut.
Mereka
melakukan hal ini dengan mendirikan suatu alat bantu bisnis yang dapat dilihat
melalui arahan strategis manajemen, dan menterjemahkannya ke dalam strategi IT requirement yang dibutuhkan untuk memenuhi arahan strategi tersebut. Arahan
strategi manajemen menjadi penggerak untuk TI, yang menghasilkan strategi IT requirement yang membangun permintaan
strategi bisnis untuk TI, yaitu apa yang pihak bisnis mau dari TI, dimana IT strategic planning harus memberikan
solusi teknologi sebagai persediaan strategis (supply strategic). Hasilnya adalah sebuah agenda strategi
penggunaan TI dalam bisnis yang dapat diterjemahkan ke dalam perencanaan dan
tindakan TI.
o
Elemen dalam Strategic
Demand and Supply Planning
Menurut Benson et al. (2004, p173), proses perencanaan
yang ideal adalah dengan menguraikan 2 elemen berikut ini :
· Inputs
1.
Arahan strategi
bisnis (Business Strategic Intention).
2.
Portfolio dan manajemen
strategi.
3.
Performa manajemen
dan pengukuran.
· Outputs
1.
Agenda strategi TI
(Strategic IT Agenda).
Strategic IT agenda
menyatakan apa yang diharapkan oleh bisnis. Dan menyatakan secara benar
bagaimana TI berkontribusi pada pengurangan biaya logistik.
2.
Strategi
perencanaan TI (Strategic IT Plan).
Digunakan sebagai kerangka kerja strategis untuk anggaran
lights-on TI dan teknologi yang berkaitan dengan proyek yang dibutuhkan
untuk mendukung proyek bisnis. Isinya adalah strategic intention perusahaan untuk mengantarkan TI dalam
memenuhi kebutuhan bisnis.
3.
Kebutuhan strategi
TI (Strategic IT Requirements).
Program dan proyek yang dibutuhkan untuk
memenuhi agenda strategi bisnis.
Gambar
2.4 Perencanaan Strategy Demand / Supply
dan Inovasi Dalam Value Chain (Benson, 2004 , p
130)
2.
Praktek Innovation
Menurut Benson et al. (2004, p10,
p190), praktek innovation merupakan
perubahan terhadap strategi bisnis melalui kemampuan TI. TI akan merespon
terhadap kebutuhan bisnis dan tak jarang arah perubahan bisnis tersebut
bergantung pada apa yang mungkin dapat dibuat oleh TI. Praktek ini secara
eksplisit menggerakkan manajemen bisnis untuk membuka kesempatan bisnis yang
dimungkinkan oleh TI serta menyediakan cara mengubah kesempatan tersebut
menjadi strategi bisnis dan perencanaan taktik. Adapun hasilnya yaitu kumpulan kesempatan
bisnis yang kompetitif dan lebih kuat.
o
Empat Komponen Praktek Innovation
Menurut Benson et al. (2004,
p190), praktek innovation memiliki
empat komponen, antara lain :
1.
Business and Technology Monitoring
Merupakan tinjauan bagi TI dan manajemen bisnis utuk perubahan faktor dari
bisnis dan teknologi yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan itu sendiri.
Proses ini menghasilkan laporan mengenai status teknologi dan bisnis serta
penelitian dari pihak eksternal, arsitektur dan perencanaan TI, serta informasi
bisnis yang memberikan pengaruh terhadap bisnis dan TI.
Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan “Inisiatif seperti apakah yang akan
menghasilkan dampak bagi perusahaan baik secara teknologi maupun bisnis?”
2.
Innovation Visioning
Yaitu mengembangkan visi atau arahan alternatif yang luas bagi perusahaan,
menanggapi perubahan bisnis dan teknis serta membangun sekumpulan konsensus
dari visi atau arahan alternatif. Proses ini berhubungan dengan manajer bisnis
dan teknologi sehingga menimbulkan sebuah pertanyaan “Inovasi apa yang dapat
kita lakukan dengan menggunakan TI?”
3.
Business Context and Choices
Memberikan pilihan mengenai visi atau arahan bagi suatu perusahaan yang
akan menentukan bagaimana suatu bisnis dapat berjalan. Proses ini menyatukan
manajer bisnis dan teknologi dalam sebuah pertimbangan penuh dari skenario
bisnis; “Apa yang seharusnya dilakukan?”, dan juga mengembangkan tujuan utama
bisnis secara konsisten.
Konteks dan pilihan bisnis pada prakteknya dapat berupa workshop antara manajer bisnis dengan TI
dalam sebuah diskusi mengenai dampak dari bisnis dan kesempatan TI dalam
menciptakan perubahan dan inovasi.
4.
Actionable Innovation
Pengembangan dari beberapa skenario dan rencana pengembangan untuk inovasi.
Kegiatan ini melibatkan manajer bisnis dan teknologi dalam merencanakan
skenarip bisnis dan teknologi secara terfokus berdasarkan kondisi bisnis dan
teknologi baru yang akan dikembangkan. Kegiatan ini mengembangkan perencanaan –
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya menjadi suatu tindakan yang nyata dan
memerlukan komitmen yang kuat baik dari pihak bisnis dan teknologi.
Actionable innovation pada prakteknya dapat berupa sebuah workshop
yang menggabungkan bisnis dan manajemen teknologi informasi dalam
menentukan langkah selanjutnya dalam pengimplementasian inovasi. Contoh agenda
yang dibahas dalam workshop ini
meliputi :
· Presentasi dari beberapa skenario yang potensial.
· Diskusi mengenai implikasi dari inovasi.
· Diskusi antara manajemen bisnis dan TI mengenai hal – hal
yang akan dilakukan selanjutnya.
3.
Praktek Prioritization
Menurut Benson et al. (2004,
p10), praktek prioritization adalah menganalisa dampak bisnis dari
inisiatif TI, memberi prioritas pada proyek, dan menyetujui sumber daya kepada
proyek yang memberikan kontribusi paling tinggi serta memberikan manfaat bagi
perusahaan.
Perusahaan seharusnya mengalokasikan biaya hanya pada
proyek yang secara langsung berhubungan dengan harapan strateginya. Praktek ini
mengatakan pada manajer, proyek TI mana yang secara kuat mendukung harapan
strategi perusahaan dan mengurutkan proyek – proyek tersebut berdasarkan dampak
bisnis yang dihasilkan di masa depan. Sebagai hasil, investasi dihabiskan pada
proyek yang tepat, dengan alasan yang relevan serta secara bersamaan manajer
bisnis dan TI menyetujui keputusan tersebut.
Gambar 2.5 Value Chain Pada Praktek
Prioritisasi
(Benson et al.,
2004, p 130)
o
Lima Tahap Proses Prioritization
Menurut Benson et al. (2004, p143), prioritisasi
memungkinkan manajer bisnis dari sebuah
perusahaan dalam menilai dampak bottom–line
dari inisiatif TI yang diajukan dengan menggunakan ukuran yang sama untuk
setiap proyek. Hasilnya adalah proyek – proyek TI yang telah diurutkan dan
diprioritaskan dimana pihak manajemen dapat mengalokasikan sumber daya
semaksimal mungkin untuk proyek – proyek tersebut. Mekanisme proses prioritization melibatkan 5 tahapan,
yaitu :
1. Senior manager, mengartikan arahan strategi untuk perusahaan, kemudian memberikan bobot
untuk setiap arahan strategi tersebut dan mencapai kesepakatan bersama mengenai
definisi dan skala proyek TI mana yang akan dinilai. Melalui tahap kesepakatan
ini, manajemen senior akan menjadi yakin mengenai konsistensi dari arahan
strategi yang sebelumnya telah dibuat dan akan dijalankan secara konsisten dan
dari sudut pandang bisnis maupun TI.
2. Semua proyek TI dideskripsikan dalam ukuran bisnis,
secara singkat dan konsisten, menyediakan deskripsi dari berbagai inisiatif TI
yang diajukan. Masing – masing bagian bisnis pada tiap – tiap proyek
bertanggung jawab pada inisiatif TI ini. Dengan demikian, perusahaan mempunyai
suatu pandangan berorientasi bisnis yang lengkap karena berbagi inisiatif TI
tersebut.
3. Para manajer akan melihat hubungan sebab akibat antara
proyek TI dengan arahan strategi perusahaan ; apabila kita mengimplementasikan
proyek TI ini, dampak apa yang akan dihasilkan pada masing – masing arahan
strategi tersebut?
Setiap manajer harus menilai dan mengevalusi setiap
proyek TI yang ada. Hasilnya berupa pengertian yang luas bagi para manajer
bisnis mengenai seluruh inisiatif TI yang ada, bagaimana inisiatif TI ini dapat
berhubungan dengan setiap bagian bisnis, dan apa dampaknya bagi arahan strategi
perusahaan.
4. Dalam sebuah diskusi, masing – masing manajer akan
mengulas hasil penilaian mereka terhadap
proyek – proyek TI sebelumnya yang mereka nilai. Diskusi ini akan menghasilkan
keputusan bagi pengembangan dan prioritisasi proyek.
5. Bagian TI akan mengembangkan perencanaan proyek
berdasarkan prioritas yang telah disepakati sebelumnya, sumber daya apa saja
yang dibutuhkan, dan jadwal pengembangan proyek.
Dengan melakukan penilaian terhadap keseluruhan portfolio inisiatif TI, pihak manajemen dapat mengambil keputusan
mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan karena penilaian portfolio menunjukkan keseluruhan nilai,
biaya dan risiko investasi TI yang akan dilakukan. Skor portfolio proyek TI untuk dampak diambil
dari business value scorecard yang
terdiri atas arahan strategis beserta bobot dan isi oleh orang-orang yang
berperan penting.
Gambar
2.6 Pemberian Skor Prioritization
Pada
Sebuah Investasi
Proyek(Benson
et al., 2004, p 130)
Skala nilai nol berarti proyek tidak memiliki dampak. Sedangkan
skala lima berarti proyek tersebut penting bagi perusahaan. Menurut Benson et al. (2004, p298), skala yang
digunakan dalam mengukur dampak proyek dimulai dari nilai nol sampai lima
seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1.
Sebab Akibat dalam Prioritization
4.
Praktek Alignment
Menurut Benson et al. (2004,
p10), praktek alignment merupakan
kegiatan menganalisa dampak bisnis dari aktivitas TI yang sudah berjalan (lights-on). Setiap biaya yang dihabiskan
untuk menjaga sistem yang ada, berasal dari biaya yang tidak digunakan untuk
pengembangan sistem yang baru. Jadi, manajer TI dan bisnis dapat memutuskan
inisiatif TI yang manakah yang seharusnya memperoleh sumber daya perusahaan
yang lebih besar, dari pada beranggapan bahwa semua yang sekarang beroperasi
adalah kritis bagi bisnis dan harus didukung pada tingkat sumber daya yang ada.
Hasilnya adalah pendekatan yang lebih beralasan untuk menghabiskan biaya pada
sistem yang sedang berjalan, dibandingkan untuk pengembangan sistem baru.
Hasilnya lebih beralasan dimana mengeluarkan biaya untuk aktivitas yang ada.
o
Tiga Bagian Praktik Alignment
Menurut Benson et al. (2004,
p154-160), ada tiga jenis alignment. Yaitu
:
1.
Strategic Alignment. Melihat pada tiga elemen TI diantaranya yaitu aplikasi, service, dan infrastructure. Selain itu juga mendeskripsikan bagaimana elemen TI
tersebut mendukung dua elemen bisnis (arahan strategi dan operasional bisnis
serta kebutuhan proses).
Tabel 2.2 Contoh Data Alignment
1. Internal IT Alignment,
mengukur seberapa besar infrastruktur TI dan service di dalam mendukung aplikasi,
begitu juga sebaliknya. Disamping itu juga ada tentang bagaimana aktivitas
manajemen TI yang ekfektif di dalam mendukung ketiga elemen tersebut.
2. Functional
Alignment, ketika prioritas memperbolehkan manajemen memberikan
sumber dayanya untuk mendukung inisiatif TI yang didasarkan pada dampak bottom-line dan hubungannya pada arahan
strategis, alignment melakukan hal
yang sama pada aplikasi dan infrastruktur TI yang sudah ada. Dan kebanyakan
perusahaan biasanya mendedikasikan sumber daya TI untuk digunakan pada aplikasi
yang sedang berjalan, dan untuk selanjutnya sumber daya diberikan pada
inisiatif baru. Functional alignment ini
melanjutkan pengujian dengan melihat pada kualitas, level service, tingkat pengguna, dan teknologi.
o
Strategi Investasi
Merupakan hasil dari NIE yang
memiliki fungsi untuk mengetahui manfaat dari nilai investasi yang dilakukan
perusahaan. Strategi investasi dilihat dari beberapa hal, contohnya :
1. Strategi investasi berdasarkan nilai penyelarasan (Alignment) dan kualitas (Quality).
Menurut Benson et al. (2004, p139), strategi investasi
ini membuat manajemen dapat menentukan keputusan yang spesifik atau detail bagi
investasi berdasarkan dampak bottom-line pada
bisnis mengenai aplikasi lights-on yang
perlu ditingkatkan lagi dan bagian pengeluaran TI apa yang dapat diminimalisir
atau dikurangi serta investasi TI mana yang memberi dampak yang terbaik dan
maksimal untuk bisnis.
Berikut ini merupakan pedoman yang
dapat digunakan untuk menentukan kategori dari strategi investasi :
Tabel
2.3 Strategi Investasi untuk Portfolio
Aplikasi Lights-On Berdasarkan Alignment – Quality
1. Strategi investasi berdasarkan ketergantungan (Dependency) dan kualitas (Quality).
Menurut Benson et al. (2004, p65), strategi berdasarkan
ketergantungan dan kualitas, dari sisi ketergantungannya itu dilihat “Apakah si
aplikasi tersebut benar – benar digunakan?”, sedangkan dilihat dari sisi
kualitasnya melihat “Apakah informasi yang dihasilkan dari aplikasi tersebut
akurat dan aplikasi tersedia ketika ingin dibutuhkan atau digunakan?”.
Tabel 2.4 Strategi
Investasi untuk Portfolio
Aplikasi Lights-On Berdasarkan Dependency
– Quality
5.
Praktek Performance
Measurement
Menurut Benson et al. (2004, p10), praktek ini adalah
mengukur kinerja TI berdasarkan hubungannya dengan bisnis. Yaitu dengan cara
menggabungkan pengukuran kinerja operasional dan taktis TI dengan pengukuran
dampaknya pada bisnis. Sangat mudah untuk menghitung kinerja TI pada tahap
operasional dan taktik, tetapi sangat sulit untuk mengukur dampak TI pada bisnis. Praktek ini mencampurkan keduanya
dan memungkinkan TI untuk mengetahui apa yang harus diukur, bagaimana mengelola
TI berdasarkan ukuran tersebut, dan bagaimana mengkomunikasikan kinerja
tersebut pada manajer bisnis dengan cara yang dapat mereka mengerti. Hasilnya
meningkatkan performa TI dan meningkatkan komunikasi dengan manajemen bisnis.
2.2.2 Tujuan New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et al. (2004, p68-69), tujuan NIE secara
keseluruhan, yaitu :
1.
Menyediakan kemampuan melihat 100%
pengeluaran TI secara keseluruhan.
2.
Membuat kerangka kerja perencanaan
melalui penganggaran (mendukung rantai nilai strategi ke bottom-line)
§ Praktek NIE Demand/
Supply Planning dan Innovation bertujuan untuk :
1.
Menghubungkan
sumber daya yang ada dan yang dibutuhkan dengan strategic intention perusahaan.
2.
Membuat pondasi
untuk mengakses portfolio yang ada
dan mendefinisikan portfolio strategi
yang akan datang.
3.
Membuat kata – kata
yang konsisten antara bisnis dan TI.
4.
Menggambarkan
dimana letak sumber daya TI diaplikasikan dan menghubungkannya dengan anggaran
perusahaan dan proses perencanaan.
5.
Menyediakan
kerangka kerja dalam mendefinisikan kebutuhan TI, mencakup pembaharuan dan
pertumbuhan.
6.
Membuat hubungan
dengan pengukuran performa.
§ Praktek NIE Prioritization
bertujuan untuk :
1.
Membuat dasar Strategic Intention untuk alokasi sumber daya dan
prioritas.
2.
Menyediakan
perspektif untuk kebutuhan investasi mendatang.
3.
Menyediakan dasar
untuk mengakses risiko dan manfaat proyek.
§ Praktek NIE Aligment
bertujuan untuk :
1.
Membuat dasar untuk
tugas pelayanan, kualitas, kehandalan dan risiko.
2.
Membuat informasi
untuk penyelarasan.
3.
Menghubungkan 100%
biaya pengeluaran TI yang sudah dihabiskan pada Strategic Intention IT.
§ Praktek NIE Performance
Measurement bertujuan untuk :
1.
Menyediakan
kerangka kerja untuk pengukuran performa dari 100% pengeluaran TI.
2.
Menghubungkan
pengukuran performa dengan perencanaan strategi.
3.
Menghubungkan pada
performa bisnis yang berpengaruh pada Portfolio
TI.
2.2.3 Pedoman Mendapatkan Hasil New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et al. (2004, p19), untuk
mendapatkan hasil NIE menajemen harus menjawab pertanyaan dibawah ini sebagai
pedoman.
1. Affordability Questions
· Apa yang dapat kita hasilkan untuk pengeluaran TI?
· Dapatkah kita mengurangi biaya TI yang tidak perlu?
· Dapatkah kita merancang ulang biaya-biaya untuk mendukung proyek yang dibutuhkan?
2. Impact Questions
· Apakah kita menginvestasikan sumber TI pada tempat yang
tepat?
· Apakah strategi bisnis perusahaan dapat mengendalikan
tindakan TI dan menghasilkan dampak bottom-line?
· Apakah kita memperoleh dampak bottom-line dari sumber lights
– on?
· Apakah sesuai antara investasi strategi dengan investasi
taktik?
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah
Munculnya Metode NIE
IE yang dikemukakan Parker (Benson,
2004, pp40-41) menegaskan bahwa fokus dari IE adalah persetujuan dan
prioritisasi investasi TI yang dilihat dari faktor manajemen, seperti
kesesuaian stratejik, keunggulan bersaing, respon bersaing dan pengelolaan
informasi yang dihitung dengan ROI atau alat ukur keuangan lainnya.
Demikian juga dengan penggunaan
konsep Shareholder Value dan Economic Value Added (EVA) yang telah dikemukakan
pada akhir tahun 80’an. Selanjutnya Benson (2004, p80) menjelaskan beberapa
kesulitan yang akan dihadapi oleh pengguna konsep IE karena dari enam faktor
manfaat, hanya ROI saja yang terkait dengan keuangan. Faktor lain seperti
kesesuaian stratejik, keunggulan bersaing, informasi manajemen, respon
bersaing, dan arsitektur TI stratejik diukur berdasarkan nilai yang besifat
intangible.
Oleh karena itu, Benson memperluas
konsep IE dan memperoleh kunci serta pandangan penting yang melandasi tebentuknya
konsep New Information Economics(NIE). Dalam konsep NIE ini akan dibahas
mengenai semua kegiatan bisnis dan manajemen TI yang meliputi perencanaan,
inovasi, prioritisasi, penyelarasan, pengukuran kinerja, juga portfolioserta
manajemen budaya. Oleh karena itu, Benson memfokuskan metode NIE ini pada Strategy to Bottom Line Value Chain,
dimana kerangka ini akan menghubungkan lima praktek NIE dan tiga konsep
pendukungnya. Metode ini menyediakan perencanaan dan kerangka manajemen yang
lengkap sehingga manajemen dapat memahami dan menggunakan TI untuk menghasilkan
hasil pada bottom-line yang lebih baik.
3.2 Alasan perusahaan harus mengunakan metode NIE
Pertanyaan
utama kita menjawab bagi perusahaan dalam menerapkan NIE adalah, "Apa yang
diperlukan untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi dan lebih efektif dalam
mengelola biaya TI?" Jawabannya: kita perlu proses perencanaan yang
efektif, sumber daya sesuai keputusan, dan dapat dianggarkan dan direncanakan.
Kita membutuhkan orang – orang untuk bekerja sama secara konsisten. Strategi-to
Bottom-Line Rantai Nilai (value Chain) mengikat semua elemen ini bersama-sama.
Tetapi
perusahaan sudah melakukan hal ini, manajer mungkin berkata. Mereka bekerja
untuk memperbaiki garis dasar kinerja perusahaan mereka. Dari tahun ke tahun,
mereka menetapkan anggaran operasi terus-menerus, dan berinvestasi dalam
proyek-proyek atau inisiatif untuk mengubah atau menambahkan ke bisnis. Manajer
kemudian berharap bahwa anggaran baru akan mendukung garis dasar yang lebih
baik kinerjanya dari tahun anggaran sebelumnya, dan bahwa investasi dalam
proyek-proyek atau inisiatif akan menghasilkan laba lebih baik.
Masalah
praktis adalah bahwa sebagian besar perusahaan melakukan perencanaan,
prioritas, alokasi sumber daya, anggaran, dan pengukuran kinerja dalam silo
atau stovepipes. Kita maksud ini dalam dua cara. Pertama, dalam proses
manajemen, perencanaan bisnis, Perencanaan IT, prioritas, anggaran, dan
terhubung dengan pengukuran kinerja yang buruk. Proses manajemen ini
beroperasi, tetapi tidak konsisten atau dari informasi dasar yang umum, dan
sudah dilepaskan. Kedua, banyak perusahaan yang terorganisir dalam silo atau
stovepipes, dan berbagai kegiatan manajemen tidak mengambil perspektif suatu
perusahaan juga tidak mengkoordinasikan melintasi penghalang antara silo atau
stovepipes.
Kebanyakan perusahaan dan organisasi memiliki kumpulan proses manajemen di IT. Menimbang bahwa telah lebih dari tiga puluh tahun sejak pertama masalah ini menjadi jelas, harus ada lebih dari proses manajemen sederhana. Kita sering menemukan:
Kebanyakan perusahaan dan organisasi memiliki kumpulan proses manajemen di IT. Menimbang bahwa telah lebih dari tiga puluh tahun sejak pertama masalah ini menjadi jelas, harus ada lebih dari proses manajemen sederhana. Kita sering menemukan:
- Rencana
bisnis tidak bisa menyetir rencana TI
- Rencana
IT fokus pada teknologi, bukan langsung menangani strategi bisnis
- Bisnis
manajer tidak melihat TI sebagai pendukung strategi mereka
- Proyek-proyek
TI tidak mendukung strategi bisnis. TI belanja pemeliharaan infrastruktur dan
aplikasi tidak mendukung strategi
- Anggaran
perusahaan tidak mencerminkan hasil perencanaan TI
- Rencana
IT yang mengambil keputusan sendiri yang tidak memandu keputusan manajemen,
proyek, atau anggaran perusahaan.
- Praktek
pemerintahan IT tidak langsung dari perspektif bisnis IT
Ini
adalah karakteristik perusahaan yang terputus. pada dasarnya, berbeda pendapat
diantara manajer bisnis dan IT tentang memainkan peran TI dalam bisnis, nilai
bahwa IT dapat membawa effek, dan praktek-praktek manajemen yang diperlukan
untuk secara efektif membawa TI untuk menanggung pada strategi bisnis. Ini
hasil dari pandangan yang berbeda, gagal untuk merencanakan, sejajarkan,
memprioritaskan, berinovasi, dan mengukur kinerja untuk IT, secara konsisten,
dari strategi bisnis perspektif. Kegagalan hasil dari budaya manajemen dalam
bisnis dan TI yang tidak kompatibel dengan mengambil perspektif dalam mengelola
bisnis IT.
3.3 Manfaat
dari NIE
Salah satu metode
untuk melakukan penilaian terhadap kelayakan proyek
adalah Information Economics (IE), yang dikembangkan oleh
Parker untuk menghubungkan kinerja bisnis dengan teknologi
informasi. Pada model ini, manfaat ditentukan melalui kombinasi
dari analisis enhanced ROI, penilaian bidang
bisnis, dan penilaian bidang teknologi. Parker
menglasifikasikan manfaat SI/TI ke dalam tiga
bagian (Parker, 1988) yaitu:
a) Tangible benefit
Manfaat nyata atau yang berpengaruh secara
langsung terhadap keuntungan perusahaan. Contohnya
meningkatkan produktivitas, mengurangi penggunaan
kertas, dan sebagainya. Analisis
terhadap tangible benefit atau yang bersifat
kuantitatif menggunakan perhitungan dengan
metode simple ROI- Traditional Cost-Benefit
Analysis (TCBA)
b) Quasi benefit
Manfaat yang berada di ruang
“abu-abu”, atau yang berpengaruh langsung terhadap keuntungan
tetapi susah dihitung ataupun sebaliknya, tidak berpengaruh
secara langsung terhadap keuntungan tetapi dapat
dihitung. Contohnya memperbaiki proses perencanaan, perbaikan pengambilan
keputusan, dan sebagainya. Analisis terhadap quasi benefit
menggunakan perhitungan sbb:
− Value Acceleration
(VA)
− Value Linking (VL)
− Value Restructuring
(VR)
− Innovation Valuation
c) Intangible benefit
Manfaat tidak nyata atau yang dapat dilihat mempunyai dampak
positif bagi perusahaan, tetapi tidak secara
langsung berpengaruh pada keuntungan. Contohnya
meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan moral
pegawai, dan sebagainya. Analisis
terhadap intangible benefit menggunakan dua penilaian yaitu:
a. Business Domain
Komponen-komponen penilaian dari domain bisnis antara lain:
−
Strategic Match
−
Competitive Advantage
−
Management Information Support
−
Competitive Response
b. Technology Domain
Komponen-komponen penilaian dari domain ini antara lain:
−
Strategic IS Architecture
−
Defitional Uncertainty
−
Technical Uncertainty
−
Infrastructure Risk
Kategori
manfaat 1 (tangible) dan 2 (quasi tangible)
menggunakan pendekatan finansial enhanced ROI,
dimana hasil penilaiannya menghasilkan suatu
nilai moneter dan skor angka sedangkan
kategori manfaat ke-3 menggunakan pendekatan
non-finansial (domain bisnis dan teknologi),
dimana hasil penilaiannya adalah sebuah
skor angka. Pada kategori ke-3 ini, skor berkisar dari 0-5 Dengan demikian,
nilai proyek SI/TI diukur dengan formula
berikut ini (Parker, 1988: hal. 102):
Skor Proyek = Enhanched ROI +
bobot bidang bisnis + bobot bidang teknologi
Enhanched ROI= Traditional ROI+value
linking + value acceleration+value restructuring+ innovation valuation
Dengan
persaingan yang ketat sebuah perusahaan ingin
PENERAPAN INFORMATION ECONOMICS SISTEM
APLIKASI BILLING DAN PENGGAJIAN KARYAWAN
Faktor Domain Bisnis dan Domain Teknologi
1. Analisis Cost Benefit
Cost
(biaya) adalah sejumlah sumber daya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh
suatu produk, sedangkan benefit
(manfaat)
adalah keuntungan langsung maupun tidak langsung yang didapat oleh suatu institusi.
Manfaat lebih berupa
penghematan,
pengurangan biaya, perolehan keuntungan, peningkatan efektifitas atau
produktifitas karyawan
Terdapat
2 jenis biaya yaitu:
a.
Biaya pembangunan system
b.
Biaya pemeliharaan atau biaya operasional
Terdapat
3 jenis manfaat, yaitu:
a.
Tangible benefit (manfaat yang dapat diukur atau langsung tampak pada
perhitungan)
b.
Quasi-Tangible benefit (manfaat ini untuk meningkatkan efisiensi organisasi)
c.
Intangible benefit (manfaat untuk peningkatan efektifitas organisasi)
2.
Value Linking dan Value Acceleration
Value
Linking adalah suatu nilai yang digunakan untuk melakukan evaluasi sebagai
akibat dari peningkatan kinerja suatu
fungsi
terhadap fungsi lain yang terpisah. Value Linking menunjukkan ripple effect yang
terjadi akibat perubahan dalam
fungsi
perusahaan atau proses kerja.
Value
Acceleration adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi secara financial
manfaat pengurangan/ percepatan
waktu
karena adanya hubungan sebab akibat antara dua fungsi/departemen. Teknik ini
dikuantifikasikan pada domain
bisnis
dan ditambahkan ke dalam lembar kerja dampak ekonomis.
3. Value Restructuring
Value
Restructuring merupakan nilai terkait dengan restrukturisasi fungsi-fungsi
pekerjaan dari suatu departemen. Value
Restructuring
digunakan untuk mengukur peningkatan nilai produktifitas yang dihasilkan oleh
adanya proyek teknologi
informasi
pada suatu perusahaan.
Analisis
manfaat tangible dengan menggunakan cost benefit tradisional diperoleh manfaat
ekonomi netto, menghasilkan
ROI
1 dan skor dampak ekonomis pertama. Selanjutnya kuantifikasi Value Linking dan
Value Acceleration dikerjakan
bersama-sama
dengan analisis manfaat intangible faktor-faktor domain bisnis dan domain
teknologi pada model bisnis
institusi.
Kuantifikasi Value Linking dan Value
Acceleration dikerjakan bersama-sama dengan analisis manfaat
intangible
faktor-faktor domain bisnis dan domain teknologi pada model bisnis institusi.
Value restructuring berkaitan
dengan
faktor domain. Hasilnya dijumlahkan dengan ROI 2 untuk menghasilkan ROI 3 dan
skor dampak ekonomis
ketiga.
Kuantifikasi Innovation Valuation berkaitan dengan faktor domain yang hasilnya
dijumlahkan dengan ROI 3
untuk
memperoleh ROI 4 dan dampak ekonomis keempat. Terakhir, skor dampak ekonomis
dan seluruh faktor domain
bisnis
dan domain teknologi dimasukkan pada Information Economics Scorecard.
1. Faktor Domain Bisnis
Domain
bisnis melakukan pengukuran terhadap dampak penerapan teknologi informasi dalam
kemampuan bisnis dari
institusi.
Teknologi informasi dapat mengubah budaya kerja dari perusahaan, meningkatkan
keunggulan bersaing
perusahaan
bahkan dapat membuat pelopor (entry barrier) bagi institusi lain.
Di
dalam faktor domain bisnis ada 5 faktor yang berpengaruh terhadap teknologi
informasi selain kalkulasi ROI
sederhana
yang perlu dievaluasi agar pembobotan ini menjadi lebih baik dan skor proyek
menjadi lebih realistis. Kelima
faktor
tersebut adalah:
a.
Faktor Strategic Match
Skor
factor strategic match tergantung pada keadaan dimana proyek yang diusulkan
berhubungan dengan tujuan
strategis
yang telah ditentukan.
b.
Faktor Competitive Advantage
Mengevaluasi
adanya pertukaran data antar organisasi dengan para pemasok, distributor atau
unit kerja lain untuk
mempertinggi
tingkat kompetitif institusi.
c.
Faktor Management Information Support
Menentukan
apakah proyek yang dibangun dapat memberi dukungan manajemen terhadap manajer
atau manajemen
lainnya.
d.
Faktor Competitive Response
Faktor
ini untuk mengukur apakah kegagalan proyek yang dikerjakan menyebabkan daya
kompetitif perusahaan
rusak.
e.
Faktor Project or Organizational Risk
Pengukuran
pada factor ini terpusat pada pemakai atau domain bisnis institusi, bukan
organisasi teknis. Komponen-
komponen
kapasitas organissi meliputi dukungan perubahan manajemen, penilaian realistis
atas tugas dalam
menyelesaikan
proyek melalui bisnis proses dan fungsinya.
2. Faktor Domain Teknologi
Banyak
nilai dan resiko penting yang tidak tercermin dalam kualifikasi keuangan
seperti kalkulasi sederhana ROI.
Beberapa
nilai dan resiko ini bersifat unik terhadap domain teknologi, arsitektur
strategis sistem informasi, ketidakpastian
definisional,
ketidakpastian teknik dan resiko infrastruktur informasi. Faktor ini memberikan
konteks strategi teknologi
informasi
dimana alternatif investasi dapat ditinjau.
a. Strategic IS Architecture
Untuk
menentukan apakah arsitektur sistem informasi yang dibangun sesuai dengan
blueprint perusahaan. Proyek
yang
mempunyai keterkaitan dengan blueprint nilainya lebih tinggi.
b. Definitional Uncertainty
Menunjukkan
keadaan dimana kebutuhan dan atau spesifikasi telah jelas. Bila kebutuhan tidak
diketahui, skor makin
tinggi.
c. Technical Uncertainty
Menunjukkan
empat faktor yang dinilai yaitu: ketrampilan yang dibutuhkan, ketergantungan
dengan perangkat keras,
perangkat
lunak dan perangkat lunak aplikasi.
d. IS Infrastructure Risk
Menunjukkan
investasi non proyek yang penting untuk mengakomodasikan proyek ini. Merupakan
penilaian
lingkungan
seperti administrasi data, komunikasi dan sistem terdistribusi. Berisi
perangkat keras, perangkat lunak dan
staf.
3.
Hasil Penelitian
Value
Linking
Manfaat-manfaat
yang diperoleh unit fungsional lain dalam kegiatan operasional, di antaranya:
1.
Bagian Administrasi, dengan adanya komputerisasi, akan mengurangi biaya
pemeliharaan mesin, foto copy, pembelian
toner
dan kertas. Terjadi penghematan sebesar Rp. 8 juta/tahun.
2.
Bagian pengumuman kelulusan tes masuk akan mengurangi biaya pos, kertas, tinta
sebesar Rp. 5 juta/tahun
3.
Keuangan Yayasan. Penghematan pada pengurangan kesalahan akibat kesalahan
pencatatan pembayaran sebesar Rp. 10 juta/tahun
Value
Acceleration
Value
Acceleration terjadi pada pendapatan bunga dengan total pemasukan
Rp.8.430.000/tahun.
Value
Restructuring
Setelah
implementasi pendaftaran online, maka persentase kerja Kepala Keuangan adalah:
70% melakukan fungsinya sebagai
Kepala
Keuangan, 15% melakukan kegiatan setingkat Wakil Admin, 15% setingkat Staff, 0%
setingkat Operator.
Skor
Proyek
Dari
hasil pembobotan dan nilai proyek yang telah dilakukan, bisa dihasilkan suatu
skor proyek. Nilai-nilai akan berguna
apabila
proyek yang dianalisis lebih dari suatu sehingga dapat dipakai untuk pedoman
penilaian proposal proyek. Karena
proyek
yang dibahas adalah proyek tunggal, maka yang ditekankan lebih pada ROI, yaitu
sejauh mana manfaat-manfaat
proyek,
khususnya yang sulit terukur (intangible), memberikan kontribusi pada
pengembalian investasi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Beberapa simpulan yang dapat diambil dari
pembuatan paper yang berjudul “INFORMASI EKONOMI BARU DI INDONESIA”
adalah sebagai berikut:
1.
Dapat mengetahui
dan mengerti metode New Information
Economics.
2. Mampu menerapkan
metode New Information Economics dan
langkah langkah yang di lakukan.
4.2 Saran
Beberapa saran
yang dapat di tambahkan untuk
pembuatan paper yang berjudul “INFORMASI EKONOMI BARU DI INDONESIA”
adalah sebagai berikut:
1. Harus
mengoptimalkan metode New Information
Economics dalam penerapannya.
2. Menerapkan
metode New Information Economics di
perusahaan sesuai dengan kebutuhan perusahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Benson, Robert J. ,dkk. (2004). From Business Strategy to IT Action. Hoboken : John.
Laudon, Kenneth C.
& Jane P.Laudon.(2006). Management
Information System. 9th edition.
Prentice Hall, NewYork.
McLeod, R., &
Scheel, G. (2007). Sistem Informasi Manajemen Terjemahan Bahasa Indonesia, Edisi 10. Salemba Empat,
Jakarta.
O’Brien, James. (2005). Introduction
to Information System. New York : McGraw-Hill.
Whitten, J. L.,
Bentley, L. D., & Dittman, K. C. (2004). System Analysis and Design
Methods (6th Edition). New York: McGraw Hill.
http://www.the-beta-group.com/about/methodm.html (The Beta Group : New Information Economics )
http://www.csiic.ca/PDF/Godin_38.pdf (The information economy : the history of a concept through it's
Measurement, 1949-2005)
No comments:
Post a Comment